Dua kelompok yang berkaitan dengan Al-Qaeda memperoleh kekuatan di perbatasan Suriah dan Irak dengan memanfaatkan kekacauan di wilayah tersebut. Ancaman yang yang mereka tampilkan terhadap keamanan global lebih menakutkan. Demikian headline dari sebuah tajuk yang dibuat oleh seorang penasehat gedung putih untuk 4 presiden terakhir.
Al-Qaeda membangun benteng pertahanan paling berbahaya yang pernah ada di perbatasan antara Suriah dan Irak. Ratusan jihadist baru berbondong-bondong datang ke medan perang yang berada di jantung Timur Tengah ini. Dengan kondisi ini dimana perang saudara sedang terjadi di dua negara, masa depan bisa terlihat dengan jelas bila ancaman dari benteng ini semakin bertambah, demikian katanya.
Kedua kelompok Al-Qaeda ini saling bersaing dan juga berkolaborasi saat ini dalam kekerasan yang mengoyak Suriah dan Irak. Kelompok yang paling tua dan paling bahaya adalah Islamic State of Iraq and al Shams(ISIS). Al Shams artinya "Great Syria" yang terdiri dari Suriah, Lebanon, Jordan dan Israel-Palestina - mengandung arti bagaimana besarnya ambisi dari ISIS. Kelompok ini bertujuan untuk menghapus perbatasan dari timur tengah modern yang telah dibuat di abad yang lalu oleh Winston Churchil setelah perang dunia I dan untuk menjalankan sebuah negara Islam di wilayah tersebut. Setiap minggu ISIS terus melakukan banyak operasi di Suriah dan Irak.
Amir dari ISIS adalah seorang sosok yang disamarkan dengan memakai nama Abu Bakr al Quraishi al Husayni al BAghdadi. Dia adalah penerus yang ke empat setelah 3 orang pendahulunya tewas di kantor. Dikabarkan bila dia adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad dan namanya memperlihatkan status ini yang terhubung dengan suku dan keluarga dari Nabi. Menurutu biographi yang ada dikatakan bila dia adalah seorang ulama Islam dengan gelar Ph. D dan pengarang sebuah buku Islam. Dia bergabung dengan Al-Qaeda ketika Amerika menginvasi Irak pada tahun 2003 dan merupakan pendukung awal dari Abu Musaib Zarqawi, seorang pendiri Al-Qaeda di Irak. Latar belakang Baghdadi membuatnya menjadi sosok tangguh dalam gerakan jihad global.
Kelompok kedua adalah Jabhat al Nusra. Kelompok ini juga bentukan dari Al-Qaeda di Irak pada tahun 2012. Dipimpin oleh seorang sosok bayangan lainnya yang bernama Abu Muhammad al Golani. Dia pun murid dari Zaeqawi dan dikirim oleh Al-Qaeda di Irak untuk membuat Jabat al-Nusra setelah revolusi Suriah melawan Bashar al-Assad dimulai. Rezim Assad sendiri menyatakan telah membunuh Golani, namun hal ini masih belum bisa dikonfirmasi.
Kedua kelompok ini mengundang sukarelawan asing dari berbagai tempat di dunia Islam untuk bergabung dengan mereka untuk berjuang di Suriah dan Irak. Menurut penuturannya, otoritas Saudi telah menginformasikan kepadanya bahwa lebih dari seribu warga Saudi telah pergi berperang bersama Al-Qaeda di Suriah dan diperkirakan jumlah aslinya kemungkinan bisa dua kali lipat. Menurut pengamat di Amman Yordania, 800 warga Yordania diperkirakan ikut bergabung dalam peperangan dan lebih dari 100 warganya telah tewas dalam peperangan di Suriah. Beberapa jihadist dari Yordania menjadi pimpinan senior di Jabhat al-Nusra. Raja Saudi Arabia dan Yordania khawatir ketika para pejuang in kembali ke negaranya sendiri, belum lagi senjata dan dana yang mereka kirimkan ke oposisi Suriah sering kali pula berakhir di tangan Al-Qaeda.
Kepala intelejen Inggris MI5 mengeluarkan pernyataan di minggu ini bahwa diperkirakan jumlah warga Inggris muslim yang telah pergi berperang di Suriah ada ratusan. Instusi keamanan di berbagai negara eropa juga melaporkan fenomena yang sama dimana lusinan warga muslim yang marah pergi ke Suriah dan Irak untuk pelatihan perang. Mereka pun suatu saat akan kembali ke negaranya masing-masing.
Benteng Al-Qaeda berada di tengah dunia Arab dan Timur Tengah, tidak seperti benteng Al-Qaeda lainnya yang berada di Afganistan sebelum tahun 2001 atau di Yaman, Somalia dan Afrika Utara saat ini. Benteng ini bukan berada di pinggiran timur tengah, tapi tepat dijantung Timur Tengah yang membuatnya semakin lebih berbahaya. Pihak keamanan Yordania juga telah menggagalkan sebuah usaha oleh al-Nusra untuk melakukan beberapa serangan terhadap beberapa kedubes dan mall. Bendera hitam yang dikibarkan oleh pendukung Al-Qaeda telah terlihat di beberapa kota di Yordania seperti Maan dan Zarqa. Kondisi yang sama juga terjadi di kota-kota di Lebanon yang menyebabkan Turki dan Israel menjadi semakin tegang.
Perkembangan yang pesat dari Al-Qaeda di Suriah di dua tahun terakhir dan perkembangan terbaru dari Irak adalah bagian dari munculnya generasi ketiga dari Al-Qaeda yang telah mengambil tempat setelah kematian dari Osama bin Laden dan sejak permulaan dari Arab Spring. SEtelah dikejutkan oleh revolusi yang menyapu dunia arab, Al Qaeda telah memanfaatkan kekacauan, pelanggaran hukum dan ketertiban untuk membangun atau memperluas pengaruhnya di Yaman, Libya, Aljazair, Mali dan sekarang semakin meningkat di Mesir serta di Suriah dan Irak.
Kudeta militer yang terjadi di Mesir baru-baru saja dijadikan bukti boleh beberapa pemimpin Al-Qaeda sebagai bukti bahwa demokrasi, Twitter dan demonstrasi damai telah gagal untuk membawa perubahan yang nyata dan hanya jihad yang bisa menjawab masalah Islam. Semakin lama perang sipil terjadi di Suriah dan Irak, semakin membaur mereka dalam sebuah konflik dan semakin luas mereka menyediakan tempat untuk gerakan Al-Qaeda lainnya. Pengaruhnya terhadap keamanan di wilayah dan seluruh dunia sangat menakutkan.
Demikian menurut Bruce Riedel secara panjang lebar sesuai release yang dikeluarkan oleh Daily Beast.
sumber: dailybeast
Tidak ada komentar:
Posting Komentar