Tampilkan postingan dengan label perang suriah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perang suriah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 November 2013

Pasukan Assad Merebut Beberapa Wilayah dan Menangkap Sekjen Koalisi Nasional

Pasukan yang loyal pada Presiden Assad telah merebut desa Dweirina di dekat bandara Internasional Aleppo pada hari Rabu, demikian menurut sumber Zaman Alwasl.

Pasukan rezim telah memasuki desa yang strategis ini tanpa ada perlawanan setelah pasukan pemberontak mundur dari wilayah tersebut beberapa jam sebelumnya. Jumat lalu, pasukan Assad yang didukung oleh Hizbullah dan pasukan Shiah Irak telah merebut 3 kota terakhir sebelah tenggara Aleppo.

Di sisi lain, dilaporkan pula sekjen Badan Koalisi Nasional untuk Demokrasi (NBC) - Raja'a al-Nasser - telah ditangkap oleh pasukan Assad di daerah Damaskus. Tuntutan untuk pembebasannya telah disampaikan oleh NBC - yang berbasis di Prancis ini - lewat account Facebook mereka.

Pada September 2012, partner dari Raja'a al-Nasser yaitu Abdel-Aziz al-Khair juga hilang ketika kembali ke Damaskus setelah melakukan kunjungan resmi ke Rusia dan Cina untuk mendiskusikan kemungkinan negosiasi dengan rezim untuk mengakhiri konflik. Aktifis menyatakan bila dia telah tewas setelah di siksa dan dikurung selama 10 bulan oleh badan intelejen Suriah.

Selain penculikan dan pegerakan pasukan yang agresif, rezim Suriah juga menjalankan taktik propagandanya. Salah satunya adalah program pergantian ganti rugi kepada setiap keluarga di as-Suwayda sebanyak 2 kambing atas setiap kematian dari keluarga yang ada disana.
As-Suwayda adalah desa dimana telah terjadi pembantaian warga Suni oleh milisi pro Rezim yang bernama Shabiha. Pemberian ganti rugi ini oleh warga Suni seolah seperti penghinaan dimana setiap warga yang tewas sama dengan kambing.

Rudal Suriah Hantam Rumah Sakit Homs

Dan dilain tempat, sebuah rumah sakit di Homs dua hari lalu terkena rudal darat ke darat Suriah yang menewaskan 8 warga sipil dimana 2 diantaranya adalah perawat. Laporan ini direlease oleh Pengamat HAM Suriah dari Inggris. Namuan pada saat bersamaan dengan kejadian, televisi Suriah menyiarkan laporan palsu dimana dalam berita itu disampaikan bagaimana heroiknya pemerintahan Suriah berusaha memberikan makanan dan minuman kepada 400ribu warga Suriah yang terkepung di kota Wa'er tanpa listrik dan makanan selama 37 hari.

sumber: ZA

Senjata Kimia Suriah Kemungkinan Akan Dimusnahkan Di Laut

Lebih dari 1.000 ton senjata kimia Suriah bisa jadi dihancurkan di laut jika tidak ada negara yang setuju untuk memusnahkannya di wilayahnya, demikian menurut seorang pengamat senjata kimia dunia mengatakan Rabu.

"Kemungkinan ini telah dilihat beberapa kali", demikian menurut Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia ( OPCW ) lewat juru bicaranya Christian Chartier kepada AFP.

"Hal ini masih dilihat dan merupakan salah satu dari beberapa solusi yang dipikirkan oleh negara-negara anggota selama keputusan belum diambil" kata Chartier.

Dewan Eksekutif OPCW pada Jumat menyetujui sebuah peta jalan akhir untuk membersihkan Suriah dari arsenal pada pertengahan 2014, dengan rencana tentang cara untuk menghancurkan mereka yaitu dengan mengirimkannya ke luar negeri, di darat atau di laut, dan harus disetujui pada 17 Desember.

Dunia saat ini dalam perjanjian untuk menghancurkan senjata kimia Suriah sebagai bagian dari kesepakatan antara AS-Rusia yang ditujukan untuk menahan serangan terhadap rezim Damaskus setelah serangan kimia mematikan pada bulan Agustus.

Tapi meskipun telah tercapai konsensus untuk menghancurkan senjata kimia di luar negara yang sedang dilanda perang ini, tidak ada negara yang menyatakan siap agar wilayahnya dipakai sebagai tempat pemusnahan senjata kimia ini.

Belgia mengatakan pada hari Senin bahwa menghancurkan bahan kimia di wilayahnya tidak akan menguntungkannya. Albania juga menolak kemungkinan tersebut pada hari Jumat setelah menghadapi serangkaian protes dari warganya.

Norwegia juga telah mengesampingkan menghancurkan senjata kimia di wilayahnya, tetapi bersama dengan Denmark telah menawarkan kapal untuk membantu mengambil bahan kimia dari Suriah.

Perancis mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka siap untuk menawarkan keahlian, tetapi menyangkal bahwa mereka telah didekati untuk menghancurkan bahan kimia.

sumber: alarabiya

Selasa, 19 November 2013

Duka Pengungsi Palestina dari Suriah Yang Selamat Dari Kapal Kematian

Setelah selamat dari pemboman di Damaskus dan pertumpahan darah yang mengerikan di laut, bayi Palestina kembar berumur 14 bulan sekarang menjadi bagian dari ratusan orang yang hidup tidak jelas di kantor kepolisian Mesir dengan tidak ada kejelasan di masa depan mereka.

Dari lebih dari 2 juta orang yang melarikan diri dari perang saudara Suriah, tidak ada yang lebih buruk daripada pengungsi Palestina yang tidak memiliki rumah selain di Suriah namun tidak memiliki kewarganegaraan Suriah. Oleh karenanya, mereka telah ditolak oleh Mesir untuk mendapatkan hak-hak mereka sebagai pengungsi meskipun itu hanya sekedar hak aman saja.

PBB menyatakan bila pemerintahan Suriah telah menolak untuk menyetujui mendaftarkan pengungsi Palestina yang berasal dari Suriah sebagai pengungsi dan memberikan mereka kartu kuning yang dapat memberikan hak kepada mereka untuk tinggal. Dan hasilnya adalah ratusan warga sipil Palestina berakhir dalam tahanan kepolisian dan tidak memiliki tempat lain untuk pergi.

Keluarga si kembar dari Suriah ini melarikan diri dari Suriah setelah rumah mereka hampir saja rata karena mortir. Namun ketika mereka tiba di Mesir, mereka ditolak untuk mendapatkan persetujuan untuk kerja dan menerima hak-hak pengungsi. Setelah 5 bulan dengan tidak ada jalan untuk bertahan hidup, mereka mencoba untuk meninggalkan Mesir menuju Italia.

Mereka ditangkap di laut pada tanggal 17 September 2013 oelh angkatan laut Mesir yang menembakkan peluru ke perahu darurat yang penuh muatan, demikian menurut sang ibu kembar. Dia mendekap erat kedua anaknya erat ketika peluru-peluru berterbangan lewat. Setidaknya satu orang terkena tembakan dan perahu itu penuh dengan darah dan pecahan peluru.

Sebelum lengsernya presiden Mursi, Mesir merupakan tujuan yang menjanjikan bari para pengungsi Suriah. Kebijakan presiden Mursi begitu terbuka untuk menerima para pengungsi Suriah meskipun banyak dari mereka berkewarganegaraan Palestina. Namun ketika Mursi lengser, publik menjadi berbalik memusuhi mereka karena beranggapan bila para pengungsi ini adalah para pendukung Mursi.

Dari sekitar 300.000 orang pengungsi Suriah yang melarikan diri ke Mesir diperkirakan antara 5000 sampai 6000 diantara mereka adalah warga Palestina. Mereka dibiarkan untuk tinggal di sekitar kantor kepolisian dan dipaksa untuk segera meninggalkan negara ini ke negara lain atau didorong kembali ke medan perang Suriah.
Yordania dan Turki juga tidak menerima pengungsi dari Palesina yang berasal dari Suriah sedangkan Lebanon hanya memperbolehkan mereka untuk berjalan melalui negara itu selama 48 jam.

sumber: ZA

Pasukan Suriah Merebut Desa Strategis Qara di Pegunungan Qalamoun

Pasukan Suriah berhasil merebut desa strategis Qara di pegunungan Qalamouon Selasa kemarin setelah pertempuran yang amat sengit selama beberapa hari. Desa ini menjadi kunci untuk rute suply antara Damaskus dan Homs.

Laporan berhasil direbutnya wilayah ini datang setelah serangan udara yang dilakukan terhadap wilayah yang dekat perbatasan Lebanon yang juga merupakan rute penyelundupan untuk pemberontak yang melawan presiden Assad.

"Setelah 3 hari pertarungan, tentara Suriah telah mengambil alih penuh kontrol Qara", demikian menurut sebuah sumber militer Suriah.

Pertempuran di Qara telah menyebabkan setidaknya 1700 orang warga sipil melarikan diri ke Lebanon, menambah jumlah pengungsi yang saat ini sudah mencapai 800.000 orang.

Kaburnya Jaisyul Islam Dari Medan Pertempuran

Menurut beberapa media dari komunitas jihadist dan Suriah, salah satu penyebab lain kekalahan dari pemberontak adalah mundurnya pasukan dari Jaisyul Islam dari medan perang tanpa koordinasi dahulu dengan kelompok pemberontak lainnya.

Dikatakan dalam pertempuran itu hanya beberapa kelompok yang tetap bertahan, dua diantaranya Jabhat al-Nusra dan ISIS. Korban paling tinggi dikabarkan berasal dari ISIS yang berusaha keras untuk mempertahankan mati-matian Qara. 20 orang dikabarkan tewas dari pasukan ISIS.

Jaisyul Islam mendapatkan track record kurang baik setelah terjadinya kejadian ini setelah sebelumnya juga melarikan diri dari pertempuran di Safiroh yang juga berhasil direbut pemerintah Suriah. Jaisyul Islam adalah kelompok pemberontak yang mendapatkan bantuan langsung dari Saudi. Dikabarkan kelompok inilah yang paling lengkap dan modern senjatanya. Bahkan dalam salah satu videonya, Jaisyul Islam memiliki pesawat tempur pula disamping tank-tank yang modern.

Menurut beberapa sumber, tersebar rumor bila sebetulnya kelompok dukungan Saudi ini berusaha untuk mencegah terjadinya Khilafah seperti tujuan dari kelompok garis keras Islam lainnya. Kelompok ini pun di olok-olok oleh masyarakat Suriah sebagai "Jaisyul Saud Fee Suriyya" dikarenakan ketidak seriusan mereka dalam berperang di Suriah.

sumber: SA, al arabiya, dan beberapa sumber

Ulama Saudi Pindah ke Suriah

wartaperang - Pada saat banyak dari donatur dari negara-negara teluk mengirimkan dana kepada pemberontak Suriah dari tahun 2011-2012, namun ada saja tokoh yang baru bergerak pada beberapa waktu terakhir. Salah satunya adalah seorang syekh yang ada dalam artikel besutan Ben Hubbard yang merinci peran Kuwait sebagai pemberi dana dari seluruh teluk. Syekh tersebut adalahw arga Saudi bernama Abdullah bin Muhammed al-Mohisni.

Meskipun pemerintah Saudi telah mencegah sumbangan secara pribadi secara terbuka dikirimkan kepada pemberontak Suriah pada tahun 2012, proyek Mohisni dalam menghimpun dana terus bisa berjalan dikarenakan dua hal. Pertama, Mohisni secara langsung berhubungan dengan pendonor melalui telpon yang terletak di Kuwat dan Qatar dan mengarahkan bagaimana mereka bisa menerima instruksi cara pengiriman dana tersebut. Dan yang kedua adalah Mohisni pindah ke Suriah pada musim gugur tahun 2013 ini dimana para pemberi dana lain hanya pergi ke Suriah pada saat tertentu saja. Aksi inilah yang membuat profil dari Mohisni terangkat. Seorang ulama ternama seperti Suleiman al-Alwan pun secara terbuka memuji Mohisni karena meninggalkan harta dan posisinya sebagai imam dari masjid yang dimiliki oleh bapaknya di Mekah untuk mendukung perjuangan di Suriah.

Mohisni yang pamannya meninggal di Deir Ezzor pada pertempuran di bulan April 2013 bersama pasukan Jabhat al-Nusra sangat terbuka untuk menunjukkan bila dia memberikan donasi terhadap kelompok yang terkait al-Qaeda. Syekh lainnya di daerah teluk juga memberikan donasi secara diam-diam kepada Al-Nusra dan ISIS, namun mereka akan menghindari pengambilan photo secara terbuka yang memperlihatkan mereka bersama kelompok-kelompok tersebut. Mohisni sepertinya tidak khawatir untuk memperlihatkan photo kedekatannya dengan beberapa pimpinan ISIS.

Seperti donatur lainnya, Mohisni juga terlibat dalam beberapa kegiatan kemanusiaan yang legal. Mohisni aktif mendukung Jamia Rahma, sebuah lembaga charity yang berada di Mafraq Yordania yang menyediakan layanan untuk pengungsi Suriah. Beberapa tokoh Salafi juga telah berpartisipasi di dalam lembaga Jamia Rahma termasuk Mohamed Arifi dan Nabil al-Auwadi. Mohisni menyanjung Jamia Rahma karena fokus dalam usaha untuk menasehati para pengungsi.

Kuwait dan Qatar tidak bersedia untuk memutus network aliran dana dari para donatur ke pejuang Suriah dimana Saudi justru sebaliknya berusaha memutus aliran dana dari Saudi ke Suriah tanpa melewati jalur yang digariskan Saudi. Para syekh di negara-negara teluk ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pergerakan pemberontak di Suriah baik dengan mengirimkan dana maupun dengan pejuang-pejuang kepada kelompok-kelompok jihadist Suriah.

sumber: ZA

Belgia Negara Keempat Yang Menolak Menjadi Tempat Untuk Menghancurkan Senjata Kimia Suriah

Pemburuan negara untuk menerima tanahnya menjadi tempat memusnahkan senjata kimia Suriah masih berlanjut setelah Belgia akhirnya menyatakan penolakannya atas permintaan ini.

Rencana dunia Internasional untuk memusnahkan senjata kimia Suriah mengalami jalan buntu setelah tidak ada negara yang setuju agar tanahnya dipakai untuk memusnahkan senjata kimia ini. Albania, Norwegia, Belgia dan Prancis telah didekati namun ke-empat negara ini ternyata menyatakan penolakannya.

Pieter De Crem, Menhan Belgia menyatakan bila negaranya telah dicoba untuk dihubungi sehubungan dengan pengalaman negara ini dalam memusnahkan senjata kimia pada saat perang dunia pertama.

Seorang konsultan yang menangani perlucutan senjata kimia - Ralph Trapp - menyatakan saat ini tinggal sedikit negara kandidat yang saat ini bisa untuk melaksanakan pemusnahan senjata kimia ini yang totalnya sebanyak 1.300 ton.

"Banyak negara terbiasa untuk memusnahkan senjata kimia tipe lama, namun memusnahkan gas syaraf jenis baru seperti sarin memerlukan proses yang berbeda", demikian katanya.

Amerika dan Rusia dapat melakukan pekerjaan tersebut, namun hukum AS melarang untuk mengimport senjata kimia untuk pemusnah massal. Sedangkan Rusia mengatakan bila fasilitas yang dimiliki mereka saat ini sedang penuh untuk melakukan pemusnahan senjata kimia milik mereka sendiri.

Menurut Trapp kemungkinan besar akhirnya Rusia sendiri yang akan melakukannya karena negara inilah yang menjadi sekutu terdekat Suriah. Norwegia sendiri telah menyatakan kesediaan mereka untuk mengangkut senjata kimia tersebut menuju tempat yang belum diketahui.

Badan yang melarang penggunaan senjata kimia (OPCW) telah menyetujui sebuah rencana ambisius mengenai pemusnahan senjata massal Suriah. Tanggal 31 Desember semua senjata kimia itu diberi batas waktu untuk segera meninggalkan Suriah, dan semua senjata telah selesai dimusnahkan pada tanggal 30 Juni.

sumber: telegraph

Minggu, 17 November 2013

Pimpinan-pimpinan Pejuang dan Pemerintah Berguguran Dalam Pertempuran Sengit Beberapa Hari Terakhir

Seorang pimpinan pemberontak oposisi tewas dari luka-luka yang di deritanya di dalam serangan udara di atas kota Aleppo, demikian menurut sumber dari pemberontak baru-baru saja.

Tewasnya Abdelqader Saleh, komandan dari brigadi Islamist al-Tawhid telah memberikan pukulan yang berarti terhadap oposisi militer yang melawan Assad.

Beliau di deklarasikan sebagai mati syahid oleh kelompoknya, demikian menurut laporan dari Reuteur. Saleh terluka setelah pada hari Kamis, pasukan Assad menyerang sebuah meeting dari para komandan Brigade Tawhid dan membunuh seorang komandan lainnya ditempat. Saleh dibawa ke rumah sakit Turki sampai akhirnya meninggal disana.

Dalam sebuah interview dengan televisi oposisi dari medan perang sebelah timur Aleppo minggu lalu, Saleh mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan Iran dan Hizbullah melaju lebih jauh tanpa melewati mayat kami", demikian katanya. Saleh mempunyai nama panggilan Hajji Mareh, seorang pejuang dari kota Mareh, sebuah wilayah di sebelah utara Aleppo. Dia mengumpulkan pejuang pemberontak dibawah banner Tawhid.

Tawhid telah menyatakan sebuah pernyataan pada minggu lalu bersama dengan kelompok Islam lainnya termasuk al-Nusra Front yang terkait dengan kelompok al-Qaeda menyatakan keadaaan kritis dan meminta semua pejuang untuk menuju ke medan perang.

3 Jendral, 1 Brigjen dan Puluhan Tentara Suriah Tewas

Pertempuran masih berlangsung dengan sangat sengitnya di bagian tengah Suriah. Dilaporkan kemarin 31 tentara Suriah setidaknya tewas, diantaranya 4 orang perwira terbunuh oleh serangan bom yang menyerang pangkalan militer di dekat Damaskus pada hari Minggu.

"3 Jenderal dan seorang Brigadir Jenderal termasuk di dalam 31 tentara yang tewas dalam sebuah serangan bom yang menyebabkan sebuah gedung transport militer di Harasta roboh", demikian pengamat kemanusiaan dari Suriah - direktur Abdel Rahman - mengatakan pada AFP.

"Timing dari serangan sangat tepat", demikian katanya. Serangan itu tepat pada saat pasukan pemerintah sedang melakukan serangan ke berbagai wilayah disekitar Damaskus.

sumber: alarabiya, reuters, afp

Kamis, 14 November 2013

Norwegia Mengirimkan Kapal ke Suriah Untuk Mengangkut Senjata Kimia

Norwegia pada hari Kamis menjadi negara pertama yang mengkonfirmasi bila mereka mengirimkan tentara militer ke Suriah dan membantu PBB untuk memusnahkan senjata kimia pemerintahan Assad.

Menlu Norwegia Borge Brende mengatakan bila negaranya akan mengirimkan sebuah kapal cargo sipil dan sebuah frigat Angkatan Laut ke dermaga Suriah untuk mengangkut senjata kimia tersebut dan membawanya ke tempat lain untuk dimusnahkan.

Dalam sebuah interview dengan AFP, Brende menggambarkan bila pemusnahan senjata kimia Suriah adalah kewajiban Norwegia. 50 tentara akan ikut bersama frigat Norwegia dan Brende mengetahui bila operasi ini bukan tanpa resiko.

Badan PBB untuk pencegahan senjata kimia masih sedang mengerjakan rencana untuk menghancurkan persediaan senjata kimia Assad. Denmark sedang mempertimbangkan bantuan transportasi serupa dan sedang menunggu persetujuan parlemen.

Koordinasi dari banyak negara ini merupakan rencana B dari presiden Barrack Obama setelah dia gagal mendapatkan dukungan dari dalam negeri dan internasional untuk melakukan serangan militer terhadap Suriah yang dipimpin oleh presiden Bashar Al-Assad.

Brende mengatakan bila detail lebih jelas masih sedang dipikirkan seperti dimana dermaga yang akan dipakai untuk mengambil senjata kimia tersebut. Dia pun menolak untuk mengatakan kemana senjata kimia itu akan dibawa.

Albania kemarin dilaporkan sebagai salah satu negara yang menjadi tujuan untuk menghancurkan senjata kimia ini. Sekitar 5000 warag Albania melakukan demonstrasi pada hari Kamis diluar parlemen dan kantor PM menyatakan penolakannya.

Norwegia juga menyatakan akan memberikan donasi sebesar $14.5 juta untuk senjata kimia dan tambahan 16 juta dollar untuk bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Suriah. Total bantuan yang telah diberikan oleh Norwegia untuk bantuan kemanusiaan selama perang mencapai 137 juta dollar.

sumber: alarabiya

Perundingan Damai Jenewa II tanggal 12 Desember 2013

Sebuah koran Suriah melaporkan pada hari Kamis bila perundingan damai yang telah terkendala sekian lama akan diadakan pada tanggal 12 Desember 2013.

Harian Suriah al-Watan mengutip diplomat yang berada di Paris menyatakan bila Menlu Amerika Serikat John Kerry telah memberitahukan kepada partnernya dari Prancis - Laurent Fabius - bila sekjen PBB Ban Ki-Moon akan mengumumkan tanggalnya pada 25 November 2013.

"Penyelenggara Jenewa II menginginkan perundingan diadakan sebelum akhir tahun", demikian Munzer Aqbiq kepada AFP.

Rezim Suriah sendiri telah terbelah dalam perundingan seperti ini, namun dikatakan bila mereka mau menghadiri perundingan ini dengan berada dibawah beberapa kondisi, termasuk diantaranya tidak melibatkan Assad dalam proses transisi.

sumber: alarabiya

Komandan Milisi Shiah Irak Terbunuh di Suriah


Komandan milisi Irak yang bertempur di Suriah bersama pasukan Bashar al-Assad telah terbunuh dan jenazahnya telah tiba di wilayah Negef Irak pada hari Kamis kemarin, demikian televisi Al-Arabiya melaporkan.

Abbas Hussein Ridha adalah pimpinan lapangan dari brigade Abou Fadl el-Abbas yang tewas dalam pertempuran sengit di luar Damaskus, demikian dilaporkan Syrian Revolution General Commission(SRGC).

SRGC juga menambahkan beberapa tentara Iran dan 20 tentara Suriah telah tertangkap dalam pertempuran tersebut.

Brigade Abou Fadl el-Abbas adalah satu dari beberapa milisi asing yang bertempur bersama-sama kekuatan Assad di Suriah dan dipercaya telah terlibat di perang sipil Suriah dari sejak 2012.

Kelompok Hizbullah Lebanon juga secara aktif terlibat di Suriah. Pimpinannya Hassan Nasrallah telah mengatakan pada hari Kamis kemarin bila dia akan tetap menjaga pasukannya berada di negara Suriah selama mereka diperlukan oleh Presiden Assad.

Pengamat HAM dari Network Suriah melaporkan 44 orang tewas diseluruh Suriah pada hari Kamis. Termasuk didalamnya 5 orang anak, 3 wanita, 3 orang tewas karena telah disiksa dan 6 orang dari FSA.

sumber: alarabiya

Ledakan Besar Di Barzeh Suriah Terekam

Sebuah ledakan besar tertangkap kamera di pertempuran kota Barzeh dimana pasukan pemerintah Suriah sedang bertempur dengan pemberontak Suriah. Dikabarkan bila ledakan ini dilakukan oleh pasukan pemberontak yang sedang mundur mencari tempat persembunyian.

di dalam video terlihat beberapa pasukan sedang mencari posisi diantara reruntuhan di dalam kota dan disisi lain juga beberapa pasukan terlihat bergerak diantara gedung ketika peperangan berlanjut.

Kota ini menjadi salah satu titik peperangan antara pasukan pemberontak dan pemerintah yang telah berlangsung selama beberapa bulan. Dilaporkan menurut para pengamat bila pasukan pemerintah memakai strategi mengurung supaya kota ini kelaparan.
sumber telegraph

ISIS Mengeluarkan Koran Mingguan Edisi Pertama

Wartaperang - Seperti yang diwartakan oleh harian Zaman Alwasl Kamis kemarin (14/11/2013), Islamic State of Iraq and Shaam atau biasa dikenal dengan nama ISIS mengeluarkan korang mingguannya yang pertama bernama Sana Asy Syam.

Koran tersebut mengabarkan tentang kegiatan-kegiatan yang telah mereka lakukan dan kabar kemenangan para pemberontak. Dalam edisinya yang pertama, mereka mengabarkan tentang keberhasilan mereka mengusir kelompok pemberontak Badai Utara dari wilayah Azaz.

Kelompok pemberontak Badai Utara menurut ISIS telah terbukti melakukan berbagai tindak kejahatan seperti bekerja sama dengan Intelejen Barat, melakukan kesepakatan dengan senator Amerika untuk menghancurkan Islamis di Suriah dan melakukan pencurian-pencurian di daerah Suriah.

Dalam edisi pertama ini pembaca juga bisa membaca wawancara antara redaksi dengan Abu Umar al-Shishani, seorang komandan ISIS wilayah utara yang berasal dari Chechnya. Dengan banyaknya berita-berita propaganda di Suriah, koran ini diharapkan akan memberikan berita yang berimbang mengenai keadaan Suriah bagi warganya.

sumber: ZA

Selasa, 12 November 2013

Saudi Arabia Memberikan Bantuan 300juta Dollar Untuk Pemerintahan Oposisi Suriah

Arab Saudi memutuskan untuk mendukung Pemerintah transisi dari Koalisi nasional dengan dana sebesar $ 300 Juta.

Tokoh-tokoh utama dari koalisi nasional Suriah telah memilih sembilan nominasi dari kursi pemerintahan sementara yang dipimpin oleh PM Ahmad Tomeh kemarin di Istanbul. Di antara mereka, Eyad Qudsi sebagai Wakil Perdana Menteri, dan Asaad Moustafa Pertahanan.

Dalam pembicaraannya kepada Skynews Arab, Khalid Nasser, anggota dalam koalisi nasional, mengatakan pemerintah yang baru diberikan janji dukungan dan dana oleh negara-negara sahabat.

Amhad Tomeh, PM Interim, mengomentari pemungutan suara itu dengan mengatakan,"Itu adalah hari sejarah Suriah".

Pemerintahan transisi dari oposisi Suriah memang terbentuk dari hasil think thank koalisi nasional, namun belum bisa diketahui dengan jelas mengingat koalisi nasional kurang mendapatkan dukungan dari pejuang-pejuang Islam radikal yang saat ini banyak menguasai wilayah Suriah.

sumber: ZA

Kurdi Suriah Mendeklarasikan Pemerintahan Otonomi

Setelah mendapatkan keberhasilan di beberapa operasi militer sebelumnya, Kurdi Suriah yang berada di wilayah utara negeri ini emngumumkan pada hari Selasa formasi sebuah pemerintahan transisi menuju pemerintahan otonomi.

Deklarasi terbaru terjadi di tengah semakin menguatnya hak Kurdi di negara tetangga Turki, dan meningkatnya langkah menuju kemerdekaan dengan wilayah otonomi Irak.

Setelah lama tertindas di bawah Presiden Suriah Bashar al - Assad dan ayahnya, suku Kurdi melihat perang sipil sebagai sebuah kesempatan untuk mendapatkan  otonomi yang bisa dinikmati oleh kerabat etnis mereka di Irak.

Pengumuman ini dibuat setelah pembicaraan dilakukan di kota Kurdi Qamishli dan terjadi setelah para pemimpin Kurdi mengumumkan rencana untuk membuat pemerintah sementara pada bulan Juli.

Pemerintah otonom transisi melibatkan pembagian wilayah Kurdi Suriah menjadi tiga wilayah, masing-masing dengan DPRD sendiri, serta wakil untuk badan eksekutif daerah, demikian menurut AFP.

Deklarasi ini tercapai setelah pembicaraan dilakukan selama 2 hari di kota Qamishli diantara seluruh kelompok lokal yang mendiskusikan detail dari formasi pemerintahan transisi ini.

"Tanggung jawab utama dari pemerintahan transisi adalah mempersiapkan payung hukum untuk pemilu serta isu-isu politik, militer , keamanan dan ekonomi di kawasan dan Suriah".

Wilayah Kurdi di utara Suriah telah di atur oleh dewan lokal Kurdi sejak pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al - Assad mundur di pertengahan 2012.

Kurdi mewakili sekitar 15 persen dari populasi Suriah dan sebagian besar terkonsentrasi di bagian utara negara itu.

sumber: alarabiya

SPECIAL REPORT - Bruce Riedel: Benteng Al-Qaeda Yang Paling Berbahaya

Dua kelompok yang berkaitan dengan Al-Qaeda memperoleh kekuatan di perbatasan Suriah dan Irak dengan memanfaatkan kekacauan di wilayah tersebut. Ancaman yang yang mereka tampilkan terhadap keamanan global lebih menakutkan. Demikian headline dari sebuah tajuk yang dibuat oleh seorang penasehat gedung putih untuk 4 presiden terakhir.

Al-Qaeda membangun benteng pertahanan paling berbahaya yang pernah ada di perbatasan antara Suriah dan Irak. Ratusan jihadist baru berbondong-bondong datang ke medan perang yang berada di jantung Timur Tengah ini. Dengan kondisi ini dimana perang saudara sedang terjadi di dua negara, masa depan bisa terlihat dengan jelas bila ancaman dari benteng ini semakin bertambah, demikian katanya.

Kedua kelompok Al-Qaeda ini saling bersaing dan juga berkolaborasi saat ini dalam kekerasan yang mengoyak Suriah dan Irak. Kelompok yang paling tua dan paling bahaya adalah Islamic State of Iraq and al Shams(ISIS). Al Shams artinya "Great Syria" yang terdiri dari Suriah, Lebanon, Jordan dan Israel-Palestina - mengandung arti bagaimana besarnya ambisi dari ISIS. Kelompok ini bertujuan untuk menghapus perbatasan dari timur tengah modern yang telah dibuat di abad yang lalu oleh Winston Churchil setelah perang dunia I dan untuk menjalankan sebuah negara Islam di wilayah tersebut. Setiap minggu ISIS terus melakukan banyak operasi di Suriah dan Irak.

Amir dari ISIS adalah seorang sosok yang disamarkan dengan memakai nama Abu Bakr al Quraishi al Husayni al BAghdadi. Dia adalah penerus yang ke empat setelah 3 orang pendahulunya tewas di kantor. Dikabarkan bila dia adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad dan namanya memperlihatkan status ini yang terhubung dengan suku dan keluarga dari Nabi. Menurutu biographi yang ada dikatakan bila dia adalah seorang ulama Islam dengan gelar Ph. D dan pengarang sebuah buku Islam. Dia bergabung dengan Al-Qaeda ketika Amerika menginvasi Irak pada tahun 2003 dan merupakan pendukung awal dari Abu Musaib Zarqawi, seorang pendiri Al-Qaeda di Irak. Latar belakang Baghdadi membuatnya menjadi sosok tangguh dalam gerakan jihad global.

Kelompok kedua adalah Jabhat al Nusra. Kelompok ini juga bentukan dari Al-Qaeda di Irak pada tahun 2012. Dipimpin oleh seorang sosok bayangan lainnya yang bernama Abu Muhammad al Golani. Dia pun murid dari Zaeqawi dan dikirim oleh Al-Qaeda di Irak untuk membuat Jabat al-Nusra setelah revolusi Suriah melawan Bashar al-Assad dimulai. Rezim Assad sendiri menyatakan telah membunuh Golani, namun hal ini masih belum bisa dikonfirmasi.

Kedua kelompok ini mengundang sukarelawan asing dari berbagai tempat di dunia Islam untuk bergabung dengan mereka untuk berjuang di Suriah dan Irak. Menurut penuturannya, otoritas Saudi telah menginformasikan kepadanya bahwa lebih dari seribu warga Saudi telah pergi berperang bersama Al-Qaeda di Suriah dan diperkirakan jumlah aslinya kemungkinan bisa dua kali lipat. Menurut pengamat di Amman Yordania, 800 warga Yordania diperkirakan ikut bergabung dalam peperangan dan lebih dari 100 warganya telah tewas dalam peperangan di Suriah. Beberapa jihadist dari Yordania menjadi pimpinan senior di Jabhat al-Nusra. Raja Saudi Arabia dan Yordania khawatir ketika para pejuang in kembali ke negaranya sendiri, belum lagi senjata dan dana yang mereka kirimkan ke oposisi Suriah sering kali pula berakhir di tangan Al-Qaeda.

Kepala intelejen Inggris MI5 mengeluarkan pernyataan di minggu ini bahwa diperkirakan jumlah warga Inggris muslim yang telah pergi berperang di Suriah ada ratusan. Instusi keamanan di berbagai negara eropa juga melaporkan fenomena yang sama dimana lusinan warga muslim yang marah pergi ke Suriah dan Irak untuk pelatihan perang. Mereka pun suatu saat akan kembali ke negaranya masing-masing.

Benteng Al-Qaeda berada di tengah dunia Arab dan Timur Tengah, tidak seperti benteng Al-Qaeda lainnya yang berada di Afganistan sebelum tahun 2001 atau di Yaman, Somalia dan Afrika Utara saat ini. Benteng ini bukan berada di pinggiran timur tengah, tapi tepat dijantung Timur Tengah yang membuatnya semakin lebih berbahaya. Pihak keamanan Yordania juga telah menggagalkan sebuah usaha oleh al-Nusra untuk melakukan beberapa serangan terhadap beberapa kedubes dan mall. Bendera hitam yang dikibarkan oleh pendukung Al-Qaeda telah terlihat di beberapa kota di Yordania seperti Maan dan Zarqa. Kondisi yang sama juga terjadi di kota-kota di Lebanon yang menyebabkan Turki dan Israel menjadi semakin tegang.

Perkembangan yang pesat dari Al-Qaeda di Suriah di dua tahun terakhir dan perkembangan terbaru dari Irak adalah bagian dari munculnya generasi ketiga dari Al-Qaeda yang telah mengambil tempat setelah kematian dari Osama bin Laden dan sejak permulaan dari Arab Spring. SEtelah dikejutkan oleh revolusi yang menyapu dunia arab, Al Qaeda telah memanfaatkan kekacauan, pelanggaran hukum dan ketertiban untuk membangun atau memperluas pengaruhnya di Yaman, Libya, Aljazair, Mali dan sekarang semakin meningkat di Mesir serta di Suriah dan Irak.

Kudeta militer yang terjadi di Mesir baru-baru saja dijadikan bukti boleh beberapa pemimpin Al-Qaeda sebagai bukti bahwa demokrasi, Twitter dan demonstrasi damai telah gagal untuk membawa perubahan yang nyata dan hanya jihad yang bisa menjawab masalah Islam. Semakin lama perang sipil terjadi di Suriah dan Irak, semakin membaur mereka dalam sebuah konflik dan semakin luas mereka menyediakan tempat untuk gerakan Al-Qaeda lainnya. Pengaruhnya terhadap keamanan di wilayah dan seluruh dunia sangat menakutkan.

Demikian menurut Bruce Riedel secara panjang lebar sesuai release yang dikeluarkan oleh Daily Beast.

sumber: dailybeast

Senin, 11 November 2013

HRW: Suriah Harus Menghentikan Penggunaan Senjata Pembakar

Human Rights Watch(HRW) menyerukan agar pemerintah Suriah menghentikan penggunaan senjata pembakar, demikian pernyataan mereka hari ini dalam sebuah laporan yang mencatat 56 serangan menggunakan senjata tipe ini seejak November 2012. HRW akan mempresentasikan dokumen ini dalam pertemuan rutin di konvensi senjata di Jenewa Minggu ini.

Memo setebal 20 halaman tetang penggunaan senjata tipe pembakar oleh suriah berdasarkan penelitian di lapangan dan dokumentasi lainnya. Didalamnya termasuk sebuah video dan peta dimana serangan itu terjadi.

Senjata pembakar akan menghasilkan panas dan api melalui reaksi kimia dari sebuah bahan mudah terbakar. Senjata tipe ini akan menyebabkan bekas bakar yang sangat sakit dan sangat sulit untuk di atas, begitu pula dengan apinya yang bisa menghancurkan objek dan infrastruktur.

"Suriah telah menggunakan senjata pembakar untuk menimbulkan kerusakan parah terhadap warga sipil termasuk anak-anak", demikian kata Bonnie Docherty, seorang peneliti senjata senior dari HRW. "Dimana perhatian dari dunia Internasional? Negara-negara lain harus mengutuk Suriah atas penggunaan senjata-senjata ini seperti halnya mereka memakai senjata kimia dan bom kluster".

Dari penelitian lapangan dan saksi mata juga video dan photo yang di evaluasi oleh HRW, mengindikasi bila Angkatan Udara Suriah telah melakukan paling tidak 56 serangan dari November 2012 sampai September 2013. HRW dan Pusat Dokumentasi Pelanggaran Suriah telah mendokumentasikan secara detail 4 serangan senjata pembakar secara terpisah yang menyebabkan terbunuhnya 41 warga sipil dan melukai 71 lainnya. dua serangan bahkan dilakukan terhadap dua sekolah di perumahan penduduk.

Dr. Saleyha Ahsan seorang dokter darurat dari Inggris bertugas secara suka rela di rumah sakit Aleppo pada 26 Agustus 2013 ketika lusinan korban mulai berdatangan dengan kondisi tubuh terlihat sebagai korban dari senjata pembakar. Mereka berasal dari sekolah yang dipenuhi oleh siswa remaja yang sedang ujian. Dia mengatakan kepada HRW bila salah satu pasien tiba dengan kondisi 90% terbakar dalam stadium 3 dan masih hidup. Pakaiannya telah habis terbakar di tubuhnya. "Itu adalah cedera yang paling mengerikan yang pernah saya lihat pada pasien hidup. Hanya matanya saja yang bergerak", demikian katanya.

Serangan udara Suriah menggunakan senjata pembakar di dekat populasi penduduk sipil melanggar hukum kemanusiaan internasional atau hukum perang karena mereka melakukannya secara sembarangan. Serangan membabi buta yang disengaja atau ceroboh adalah kejahatan perang.

Kebanyakan dari bukti video yang ada dan saksi mata yang dikumpulkan oleh HRW memperlihatkan bila pesawat jet dan helikopter yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Suriah yang digunakan untuk membawa senjata ini. Dan dari semua tipe bom yang ada dibuat oleh Rusia. Tidak ada informasi bagaimana dan kapan Suriah mendapatkan senjata ini dan berapa banyak jumlah senjata ini tersimpan.

sumber:ZA

Irak Mengawasi Kelompok Pejuang Kurdi di Suriah

Dengan perkembangan terakhir dimana kelompok pejuang Kurdi menunjukkan kekuatan militernya di utara Suriah, Baghdad terus memonitor keberadaan kelompok ini mengingat kelompok Kurdi akan mengancam stabilitas dari Irak. Kelompok Kurdi dan kelompok yang terhubung ke Al-Qaeda telah berperang selama beberapa minggu atas beberapa wilayah.

Kelompok Kurdi pada bulan Oktober kemarin berhasil menguasai wilayah Al-Yaarubia setelah pertempuran yang sengit di medan perang sebelah timur. Irak dan Suriah mempunyai garis perbatasan sepanjang 600km dimana kelompok pejuang dari Al-Qaeda dan Kurdi saling bersaing untuk mendapatkannya.

Baghdad sendiri juga khawatir terhadap kelompok Al-Qaeda dimana bagi kelompok ini, perbatasan ini merupakan sebuah jalur untuk menyelundupkan bahan peledak, pejuang dan pembom bunuh diri.

"Perbatasan ini adalah sebuah titik yang sangat penting untuk Al-Qaeda maupun Kurdi Suriah", demikian kata Ali al-Haidari seorang pengamat keamanan di Baghdad. "Dan pada saat bersamaan hal ini juga mengancam keamanan pemerintahan juga".

Pasukan keamanan Irak memperkuat kekuatan mereka di perbatasan ketika pertempuran terjadi dengan sengitnya di perbatasan. Mereka berusaha untuk mencegah para pejuang memasuki wilayah Irak ketika mereka terdesak.

Menurut Aymenn al-Tamimi seorang anggota think-thank forum timur tengah menyatakan bila pertempuran di Iraq dan Suriah bagi kelompok Al-Qaeda adalah pertempuran Ideologi. Menurutnya, Al-Qaeda menempatkan pertempuran di wilayah ini adalah sebuah pertempuran besar yang utuh. Dia mengingatkan bila dikuasainya Al-Yaarubia bukan berarti pertempuran akan berakhir.

"Ini tidak akan berhenti", demikian kata Tamimi. "Ini akan menyebabkan situasi yang sangat buruk terhadap pemerintahan irak".

Irak telah menyampaikan kekhawatirannya bahwa pertumpahan darah di Suriah akan berimbas kepada negara itu. Kekacauan di Iraw secara dramatis telah meningkat di beberapa bulan terakhir. Lebih banyak korban tewa di bukan Oktober dibandingkan dengan korban tewas digabungkan di 3 bulan awal tahun 2013. Pertempuran di perbatasan telah membuat militan Sunni yang terhubung dengan Al-Qaeda semakin berani melawan pemerintahan Irak yang dipimpin Shiah.

sumber: AFP

Pimpinan Koalisi Nasional Menampar Perwakilan FSA Ketika Pembicaraan Jenewa II

Argumentasi mengenai menghadiri atau tidaknya Jenewa II telah mencapai keterlibatan fisik antara anggota kelompok oposisi utama di Suriah, demikian menurut sebuah sumber.

Mr Ahmed Jarba, pemimpin Koalisi Nasional menampar Mr Louai al-Mukdad, wakil dari Tentara Pembebasan Suriah dalam Koalisi Nasional selama pertemuan oposisi Minggu malam atas silang pendapat pada "Untuk pergi atau tidak pergi" ke Jenewa.

Sebelumnya Koalisi Nasional telah menyetujui untuk berpartisipasi di pembicaraan damai di Jenewa yang bertujuan untuk bersama-sama dengan rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad untuk membuat pemerintahan transisi dan mengakhiri konflik 2 tahun Suriah, demikian menurut Reuters.

Namun permasalahan terjadi ketika FSA memberikan pernyataan yang menekankan beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum pembicaraan di mulai. Ini kali pertama akhirnya grup secara utuh berkomitmen untuk mengikuti pembicaraan disamping ada beberapa perbedaan.

"Apa yang bisa kita lakukan adalah berharap bahwa pembicaraan ini (Jenewa) akan berakhir dengan kepergian Bashar al-Assad", demikian menurut Adib Shishakly seorang anggota dari koalisi yang di cuplik oleh Reuters.

Mayoritas kelompok bersenjata Islam telah menyatakan penolakannya terhadap pembicaraan Jenewa jika konferensi itu tidak menghasilkan keputusan untuk melengserkan Bashar Al-Assad dan beberapa diantara mereka menyatakan akan menghukum semua yang menghadiri pembicaraan internasional ini sebagai penghianat.

sumber: ZA dan Reuters

Minggu, 10 November 2013

Koalisi Nasional Inginkan Dukungan Pejuang Untuk Pembicaraan Jenewa

Oposisi Suriah sebentar lagi akan menyetujui untuk ikut serta dalam pembicaraan damai internasional yang akan diselenggarakan di Jenewa, namun mereka menginginkan persetujuan dari para pejuang yang ada di Suriah untuk membuat proses ini lebih resmi, demikian menurut sebuah sumber pada Hari Sabtu.

Pada hari ini dikabarkan oposisi Suriah akan menyetujui untuk mengikuti pembicaraan damai ini, tapi dengan beberapa syarat dimana salah satunya tidak ada peran serta Assad sama sekali dalam kancah politik Suriah. Mengenai Iran juga dengan jelas agar menarik milisi-milisi mereka termasuk milisi shiah dari Lebanon yaitu Hizbullah dan dari Irak yaitu Abu Fadhl al-Abbas.

Koalisi nasional yang terdiri dari 108 anggota ini terbentur dengan mekanisme vote pada akhirnya setelah mengalami kebuntuan sejak sekian lama. Mayoritas kelompok pemberontak Islam telah menyatakan penolakan mereka terhadap pembicaraan damai dimana syarat utama bahwa Assad harus turun dari presiden tidak diusung. Mereka juga memberikan ancaman bila siapa saja yang berangkat mewakili dalam pembicaraan damai ini akan dihukumi sebagai penghianat.

Utusan dari Amerika Serikat Robert Ford telah menemui koalisi di Istanbul untuk memaksa mereka menyetujui pembicaraan damai ini. Dan menurut sumber yang sama, draft resolusi yang di ajukan koalisi berisi tuntutan untuk pembebasan tahanan oposisi dan penghentian terhadap serangan udara dan blokade makanan dan obat-obatan terhadap wilayah oposisi.

sumber: beberapa sumber

Pemberontak Merebut Kembali Pangkalan Udara Aleppo

Pejuang pemberontak Suriah telah merebut kembali sebuah pangkalan strategis di dekat bandara Internasional Aleppo setelah melalui pertempuran yang sengit yang membunuh lebih dari 50 orang, demikian menurut pengamat pada hari Sabtu.

Kekuatan militer pemerintah yang didukung oleh tentara shiah Lebanon Hizbullah melancarkan sebuah serangan ke pangkalan yang terletak di utara Aleppo ini pada hari Jumat pagi dan berhasil menguasai sebagian besar dari pangkalan 80 ini.

Namun pasukan pemberontak bersama loyalis Al-Qaeda melakukan serangan balik menggunakan roket Grad melawan pasukan pemerintah, demikian menurut pengamat kemanusiaan. Dikabarkan bila pasukan pemberontak akhirnya menguasai kembali sepenuhnya semua wilayah yang ada di pangkalan ini.

Pertempuran ini memakan korban sejumlah 53 orang yang terdiri dari 33 orang dari pasukan pemberontak dan 20 orang dari pihak pemerintah.

sumber: afp