Jumat, 15 November 2013

Rusia Menawarkan Kesepakatan Senjata Utama Terhadap Mesir

Rusia menawarkan untuk menjual jet tempur yang modern, helikopter dan sistem pertahanan udara ke Mesir dan dilaporkan bernilai $ 2 miliar. Pejabat Rusia mengatakannya sebagai tanda yang jelas bila militer kedua negara kembali bekerja sama.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, bersama dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, melakukan kunjungan ke Mesir pada hari Kamis untuk mendapatkan kontrak yang berharga dengan pemerintah negara itu setelah Amerika Serikat menahan bantuan militer ke Kairo bulan lalu.

Shoigu telah mengkonfirmasi bahwa kolaborasi militer dibahas dalam pertemuan dengan partnernya dari Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana kolaborasi tersebut.

"Kami telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah dalam menciptakan dasar hukum bagi kesepakatan kami [pada kolaborasi militer]," katanya, menurut kantor berita RIA Novosti.

Mikhail Zavaly , seorang pejabat senior Rusia bersama perusahaan yang bergerak dalam ekspor senjata Rosoboronexport, akan memimpin delegasinya di Dubai mendatang dalam pameran udara. Dikonfirmasi Rusia ingin menjual perangkat keras militer ke Mesir, demikian menurut AFP.

"Sekarang kami menawarkan Mesir helikopter modern, peralatan pertahanan udara dan modernisasi peralatan militer yang sebelumnya telah dibeli," katanya kepada kantor berita RIA Novosti.

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi harian Rusia Vedomosti mengatakan negosiasi sedang berlangsung tentang penjualan jet tempur MiG-29M/M2, berbagai sistem pertahanan udara jarak pendek dan roket anti tank.

Mengutip sumber-sumber pertahanan Rusia, Vedomosti mengatakan kesepakatan itu bernilai lebih dari $ 2 miliar dan bisa dibiayai oleh sekutu Mesir di negara-negara Arab.

Awal pekan ini seorang pejabat senior Rosoboronexport mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Rusia ingin menjual perangkat keras militer ke Mesir.

"Kami siap untuk bernegosiasi dengan pihak Mesir dengan kemungkinan pengiriman persenjataan baru serta memperbaiki peralatan yang disediakan di masa Uni Soviet," kata pejabat Rosoboronexport.

Tapi pejabat itu mencatat bahwa pasokan baru tersebut akan bergantung pada kemampuan Mesir untuk membayar mereka. "Moskow siap untuk berdiskusi dengan Kairo tentang kemungkinan pinjaman ke negara itu," katanya.

Uni Soviet adalah pemasok senjata utama ke Mesir pada tahun 1960 dan awal tahun 1970, tetapi kerja sama menurun setelah tercapainya perjanjian damai dengan Israel, ketika itu Kairo mulai menikmati bantuan murah hati AS.

Namun, pemerintah AS menghentikan sebagian bantuan militer ke Kairo setelah penggulingan Mursi.

sumber: alarabiya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar