Kapal selam tersebut dinamai dengan tokoh pejuang kemerdakaan ternama Korea Kim Jwa-Jin (1889-1930), dan merupakan kapal selam yang ke-4 dari jenisnya (Tipe-214) yang sudah dioperasikan Korsel sejak 2010. Kim adalah pejuang kemerdekaan Korea (kala itu Korea masih satu) yang memimpin pertempuran Cheongsan-ri untuk mengalahkan 3.300 tentara Jepang di wilayah timur laut China pada tahun1920.
Presiden Park Geun-hye, Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin dan petinggi-petinggi militer Korsel turut menghadiri upacara pemotongan pita yang diadakan di galangan kapal Daewoo (produsen) di Pulau Geoje, dekat kota pelabuhan selatan Busan.
Kapal selam ini bisa memukul 300 target secara bersamaan, dilengkapi dengan rudal dan torpedo serta sistem sonar canggih untuk peperangan anti kapal selam, pengawasan dan pengintaian.
Kapal selam diesel ini juga dilengkapi dengan fitur Air Independent Propulsion (AIP), yang menambah daya tahan kapal selam di dalam air dibandingkan dengan kapal selam konvensional. Sistem AIP menjadikan kapal selam bisa terus berada di bawah air selama beberapa minggu tanpa perlu muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen.
Angkatan Laut Korsel sendiri baru akan menerima kapal selam ini pada akhir 2014 setelah proses uji coba dan baru beroperasional penuh pada tahun 2015, kata pejabat Korsel.
Korsel saat ini mengoperasikan lebih dari 10 kapal selam, termasuk kapal selam 1.200 ton Tipe 209 (9 unit) dan 1.800 ton Tipe 214 (3 unit + sekarang). Tipe 209 sendiri adalah jenis kapal selam yang dibeli Indonesia saat ini dari Korsel dengan proses transfer teknologi. Indonesia membeli 3 kapal selam jenis ini, dua unit dibangun di Korsel dan satu unit lagi dibangun sendiri oleh Indonesia.
Angkatan Laut Korsel juga berencana untuk mengakuisisi sembilan kapal selam serang kelas berat 3.000 ton pada 2020 dengan peningkatan signifikan pada radar dan persenjataan dibandingkan dengan kapal-kapal selam pendahulunya.
Korea Utara diketahui memiliki sekitar 70 kapal selam, salah satunya lah yang diduga menembak kapal korvet Korea Selatan di laut barat (wilayah ketegangan) pada Maret 2010. Sebanyak 46 personelnya tewas dalam insiden itu.
Presiden Park Geun-hye, Menteri Pertahanan Kim Kwan-jin dan petinggi-petinggi militer Korsel turut menghadiri upacara pemotongan pita yang diadakan di galangan kapal Daewoo (produsen) di Pulau Geoje, dekat kota pelabuhan selatan Busan.
Kapal selam ini bisa memukul 300 target secara bersamaan, dilengkapi dengan rudal dan torpedo serta sistem sonar canggih untuk peperangan anti kapal selam, pengawasan dan pengintaian.
Kapal selam diesel ini juga dilengkapi dengan fitur Air Independent Propulsion (AIP), yang menambah daya tahan kapal selam di dalam air dibandingkan dengan kapal selam konvensional. Sistem AIP menjadikan kapal selam bisa terus berada di bawah air selama beberapa minggu tanpa perlu muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen.
Angkatan Laut Korsel sendiri baru akan menerima kapal selam ini pada akhir 2014 setelah proses uji coba dan baru beroperasional penuh pada tahun 2015, kata pejabat Korsel.
Korsel saat ini mengoperasikan lebih dari 10 kapal selam, termasuk kapal selam 1.200 ton Tipe 209 (9 unit) dan 1.800 ton Tipe 214 (3 unit + sekarang). Tipe 209 sendiri adalah jenis kapal selam yang dibeli Indonesia saat ini dari Korsel dengan proses transfer teknologi. Indonesia membeli 3 kapal selam jenis ini, dua unit dibangun di Korsel dan satu unit lagi dibangun sendiri oleh Indonesia.
Angkatan Laut Korsel juga berencana untuk mengakuisisi sembilan kapal selam serang kelas berat 3.000 ton pada 2020 dengan peningkatan signifikan pada radar dan persenjataan dibandingkan dengan kapal-kapal selam pendahulunya.
Korea Utara diketahui memiliki sekitar 70 kapal selam, salah satunya lah yang diduga menembak kapal korvet Korea Selatan di laut barat (wilayah ketegangan) pada Maret 2010. Sebanyak 46 personelnya tewas dalam insiden itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar