Tekad Amerika Serikat untuk menyerang Syria semakin bulat. Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemarin memastikan bakal menggulingkan pemerintahan Bashar Al Asaad dalam waktu tak tentu, bisa besok, pekan depan, atau bulan depan. Bahkan, Obama telah memilih strategi serangan. Yakni, bukan serbuan militer terbuka dan besar-besaran oleh pasukan darat. Melainkan, serangan terbatas dengan rudal jelajah yang menghujani sasaran-saran strategis yang melumpuhkan militer Syria
Namun, sebelum melakukan itu, Obama meminta dukungan resmi kepada Kongres AS. Permintaan itu diutarakannya di Gedung Putih pada Sabtu (31/8) waktu setempat atau kemarin pagi WIB. "Hari ini saya meminta Kongres untuk mengirim pesan kepada dunia bahwa Amerika siap bertindak sebagai sebuah negara," ujar Obama seperti dikutip Reuters kemarin.
Langkah meminta dukungan Kongres tersebut banyak mendapat sorotan di internal politik AS. Sebab, sebagai presiden, Obama juga panglima tertinggi angkatan perang yang memiliki kewenangan konstitusional untuk memerintah militer AS bertindak tanpa dukungan Kongres.
Wartawan BBC Katy Watson di Washington menganalisis, Obama tak ingin bernasib sama dengan pendahulunya, George W. Bush, saat mengirim pasukan ke Iraq. Obama ingin keputusannya melancarkan serangan mendapat dukungan rakyat dan para politikus. Tetapi, menurut banyak pihak, alasan lain untuk mengikutsertakan anggota Kongres dalam proses itu adalah Obama bisa berbagi tanggung jawab bila operasi di Syria memburuk.
Persetujuan Kongres juga penting karena dukungan dari dunia internasional atas ajakan aksi militer ke Syria semakin sedikit. Inggris dan Jerman memastikan tidak ikut bergabung karena parlemen mereka menolak memberikan izin kepada pemerintahnya. Satu-satunya dukungan datang dari Prancis yang siap bergabung, namun mensyaratkan AS melakukan serangan pendahuluan.
Meski merupakan sebuah serangan terbatas dengan rudal jelajah, Obama yakin serbuan AS akan cukup untuk menghentikan kemampuan rezim Assad dalam penggunaan senjata kimia dalam perang menghadapi para pemberontak. "AS memiliki aset militer di kawasan Timur Tengah. Panglima angkatan bersenjata memberikan informasi kepada saya, kita bisa menyerang kapan pun dibutuhkan," tegasnya. "Kami bisa menyerang besok, pekan depan, atau bulan depan. Kini saya sedang mempersiapkan untuk memberikan perintah," lanjutnya.
Namun, serangan militer AS ke Syria dipastikan tidak akan terjadi dalam waktu beberapa hari ke depan. Sebab, saat ini Kongres AS masih reses dan baru kembali bekerja pada 9 September.
Selain itu, Barack Obama dijadwalkan menghadiri pertemuan G-20 di Rusia dan kunjungan kenegaraan ke Swedia dalam pekan ini. Bila tindakan militer diambil, perintah tersebut tidak diharapkan muncul saat Obama berada di kedua negara tersebut.
Namun, sebelum melakukan itu, Obama meminta dukungan resmi kepada Kongres AS. Permintaan itu diutarakannya di Gedung Putih pada Sabtu (31/8) waktu setempat atau kemarin pagi WIB. "Hari ini saya meminta Kongres untuk mengirim pesan kepada dunia bahwa Amerika siap bertindak sebagai sebuah negara," ujar Obama seperti dikutip Reuters kemarin.
Langkah meminta dukungan Kongres tersebut banyak mendapat sorotan di internal politik AS. Sebab, sebagai presiden, Obama juga panglima tertinggi angkatan perang yang memiliki kewenangan konstitusional untuk memerintah militer AS bertindak tanpa dukungan Kongres.
Wartawan BBC Katy Watson di Washington menganalisis, Obama tak ingin bernasib sama dengan pendahulunya, George W. Bush, saat mengirim pasukan ke Iraq. Obama ingin keputusannya melancarkan serangan mendapat dukungan rakyat dan para politikus. Tetapi, menurut banyak pihak, alasan lain untuk mengikutsertakan anggota Kongres dalam proses itu adalah Obama bisa berbagi tanggung jawab bila operasi di Syria memburuk.
Persetujuan Kongres juga penting karena dukungan dari dunia internasional atas ajakan aksi militer ke Syria semakin sedikit. Inggris dan Jerman memastikan tidak ikut bergabung karena parlemen mereka menolak memberikan izin kepada pemerintahnya. Satu-satunya dukungan datang dari Prancis yang siap bergabung, namun mensyaratkan AS melakukan serangan pendahuluan.
Meski merupakan sebuah serangan terbatas dengan rudal jelajah, Obama yakin serbuan AS akan cukup untuk menghentikan kemampuan rezim Assad dalam penggunaan senjata kimia dalam perang menghadapi para pemberontak. "AS memiliki aset militer di kawasan Timur Tengah. Panglima angkatan bersenjata memberikan informasi kepada saya, kita bisa menyerang kapan pun dibutuhkan," tegasnya. "Kami bisa menyerang besok, pekan depan, atau bulan depan. Kini saya sedang mempersiapkan untuk memberikan perintah," lanjutnya.
Namun, serangan militer AS ke Syria dipastikan tidak akan terjadi dalam waktu beberapa hari ke depan. Sebab, saat ini Kongres AS masih reses dan baru kembali bekerja pada 9 September.
Selain itu, Barack Obama dijadwalkan menghadiri pertemuan G-20 di Rusia dan kunjungan kenegaraan ke Swedia dalam pekan ini. Bila tindakan militer diambil, perintah tersebut tidak diharapkan muncul saat Obama berada di kedua negara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar