Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry berupaya memuluskan penjualan perlengkapan militer kepada Brasil dalam kunjungan kerjanya Selasa (13/8). AS berniat menjual 36 jet tempur kepada Brasil. Namun hal itu terhadang skandal intelijen. Akibatnya, penjualan jet-jet tempur dengan nilai total lebih dari US$4 miliar itu pun dikhawatirkan terganggu.
Seperti dikutip Reuters pekan lalu, tujuan utama Kerry ke Rio de Jainero adalah untuk mempersiapkan lawatan Presiden Brazil Dilma Roussef ke Washington pada Oktober nanti. Tentu saja, tutur seorang pejabat senior Brasil, kunjungan Roussef ke Gedung Putih adalah untuk menegaskan kesepakatan jual beli jet tempur dengan AS.
Pabrik pesawat asal AS, Boeing, menyatakan kontrak dengan Brasil yang nilainya setara Rp41,19 triliun merupakan peluang bisnis yang bagus bagi pabrik pesawat tersebut. Jet tempur F/A-18 buatan pabrik pesawat akan bersaing dengan produksi pabrik pesawat asal Prancis, Dassault Aviation, dan Swedia, Saab.
Tapi, bagaimanapun harapan Boeing itu akan terganjal karena skandal mata-mata yang dilakukan intelijen AS terhadap Brasil. Sebelumnya, Negeri Paman Sam dituding telah melakukan kegiatan intelijen elektronik di Brasil.
Hal itu diketahui berdasarkan dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden. Harian lokal, O Globo, bulan lalu telah melansir bahwa Washington telah melakukan penyadapan telepon dan surat elektronik Brasil.
Di samping itu, ada kecurigaan pula terhadap basis mata-mata AS di Brazil. Basis itu merupakan salah satu dari 16 jaringan stasiun di seluruh dunia yang dioperasikan oleh NSA.
"Kita tidak dapat membicarakan mengenai jet-jet tempur sekarang....Anda tidak dapat memberkan sebuah kontrak kepada sebuah negara yang tidak anda percaya," tukas pejabat senior Brasil yang menegaskan agar dikutip anonim tersebut.
Kunjungan satu hari Kerry di Brasil, lanjut sang pejabat, hanya menitikberatkan kepada upaya memulihkan kepercayaan dalam hubungan kedua negara. Bagaimanapun, sambungnya, skandal mata-mata tersebut telah mengguncang Brasil sebagai mitra dagang terbesar AS di kawasan Amerika Selatan.
Seperti dikutip Reuters pekan lalu, tujuan utama Kerry ke Rio de Jainero adalah untuk mempersiapkan lawatan Presiden Brazil Dilma Roussef ke Washington pada Oktober nanti. Tentu saja, tutur seorang pejabat senior Brasil, kunjungan Roussef ke Gedung Putih adalah untuk menegaskan kesepakatan jual beli jet tempur dengan AS.
Pabrik pesawat asal AS, Boeing, menyatakan kontrak dengan Brasil yang nilainya setara Rp41,19 triliun merupakan peluang bisnis yang bagus bagi pabrik pesawat tersebut. Jet tempur F/A-18 buatan pabrik pesawat akan bersaing dengan produksi pabrik pesawat asal Prancis, Dassault Aviation, dan Swedia, Saab.
Tapi, bagaimanapun harapan Boeing itu akan terganjal karena skandal mata-mata yang dilakukan intelijen AS terhadap Brasil. Sebelumnya, Negeri Paman Sam dituding telah melakukan kegiatan intelijen elektronik di Brasil.
Hal itu diketahui berdasarkan dokumen yang dibocorkan mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS, Edward Snowden. Harian lokal, O Globo, bulan lalu telah melansir bahwa Washington telah melakukan penyadapan telepon dan surat elektronik Brasil.
Di samping itu, ada kecurigaan pula terhadap basis mata-mata AS di Brazil. Basis itu merupakan salah satu dari 16 jaringan stasiun di seluruh dunia yang dioperasikan oleh NSA.
"Kita tidak dapat membicarakan mengenai jet-jet tempur sekarang....Anda tidak dapat memberkan sebuah kontrak kepada sebuah negara yang tidak anda percaya," tukas pejabat senior Brasil yang menegaskan agar dikutip anonim tersebut.
Kunjungan satu hari Kerry di Brasil, lanjut sang pejabat, hanya menitikberatkan kepada upaya memulihkan kepercayaan dalam hubungan kedua negara. Bagaimanapun, sambungnya, skandal mata-mata tersebut telah mengguncang Brasil sebagai mitra dagang terbesar AS di kawasan Amerika Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar