Sejumlah kasus pertama dugaan pelecehan seksual di tubuh institusi militer Australia mulai diserahkan kepada polisi untuk diinvestigasi lebih lanjut. Mantan hakim Len Roberts-Smith, yang memimpin satuan tugas (satgas) penanganan kasus pelecehan pada Departemen Pertahanan Australia (ADF) mengatakan, polisi sedang menginvestigasi 9 kasus. Namun, kemungkinannya akan disusul lebih banyak kasus lagi.
Menurut Roberts-Smith, satgas menerima lebih dari 2.400 pengaduan, dan sekitar 100 kasus telah diindentifikasi untuk mendapat pembayaran ganti rugi. Dikatakan, angka itu akan meningkat sejalan dengan berlanjutnya masa kerja satgas tersebut.
Satgas itu dibentuk bulan Nopember tahun lalu setelah terjadi serangkaian skandal seks di tubuh militer yang diduga selama puluhan tahun ditutup-tutupi di Departemen Pertahanan Australia. itambahkannya, sembilan kasus ini diserahkan pada polisi di Victoria, Australia Barat dan Queensland. Dalam wawancara dengan ABC, Roberts-Smith mengatakan, dalam banyak kasus, ini merupakan untuk pertama kalinya orang berbagi cerita mereka.
"Bukan tak jarang hidup mereka hancur akibat kejadian tersebut. Tapi karena mereka tidak menceritakan kepada siapa pun sebelumnya, keluarga, teman serta orang-orang sekitar mereka tidak pernah ikut merasakan masalah yang dihadapi mereka," begitu jelasnya.
"Dan bahwa mereka serta menceritakan kisahnya kepada satgas, itu suatu hal yang baik bagi mereka. Kami mendapat banyak feedback, sekali pun mereka hanya mampu bercerita, hal itu berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka," kata Roberts-Smith. Ia mengatakan, tidak setiap orang bersedia kasusnya diserahkan kepada polisi.
"Kebanyakan korban pelecehan seksual secara serius -- seperti kasus perkosaan misalnya - pada kenyataannya tidak ingin kasusnya dilaporkan ke polisi," katanya. Roberts-Smith menambahkan pihaknya memperkirakan sekitar 2.000 pengaduan yang akan diusahakan mendapatkan pembayaran uang ganti rugi. Bulan lalu ADF membuka Kantor Respon dan Pencegahan Pelecehan Seksual untuk memungkinkan korban melapor insiden-insiden secara rahasia.
Menurut Roberts-Smith, satgas menerima lebih dari 2.400 pengaduan, dan sekitar 100 kasus telah diindentifikasi untuk mendapat pembayaran ganti rugi. Dikatakan, angka itu akan meningkat sejalan dengan berlanjutnya masa kerja satgas tersebut.
Satgas itu dibentuk bulan Nopember tahun lalu setelah terjadi serangkaian skandal seks di tubuh militer yang diduga selama puluhan tahun ditutup-tutupi di Departemen Pertahanan Australia. itambahkannya, sembilan kasus ini diserahkan pada polisi di Victoria, Australia Barat dan Queensland. Dalam wawancara dengan ABC, Roberts-Smith mengatakan, dalam banyak kasus, ini merupakan untuk pertama kalinya orang berbagi cerita mereka.
"Bukan tak jarang hidup mereka hancur akibat kejadian tersebut. Tapi karena mereka tidak menceritakan kepada siapa pun sebelumnya, keluarga, teman serta orang-orang sekitar mereka tidak pernah ikut merasakan masalah yang dihadapi mereka," begitu jelasnya.
"Dan bahwa mereka serta menceritakan kisahnya kepada satgas, itu suatu hal yang baik bagi mereka. Kami mendapat banyak feedback, sekali pun mereka hanya mampu bercerita, hal itu berdampak signifikan terhadap kehidupan mereka," kata Roberts-Smith. Ia mengatakan, tidak setiap orang bersedia kasusnya diserahkan kepada polisi.
"Kebanyakan korban pelecehan seksual secara serius -- seperti kasus perkosaan misalnya - pada kenyataannya tidak ingin kasusnya dilaporkan ke polisi," katanya. Roberts-Smith menambahkan pihaknya memperkirakan sekitar 2.000 pengaduan yang akan diusahakan mendapatkan pembayaran uang ganti rugi. Bulan lalu ADF membuka Kantor Respon dan Pencegahan Pelecehan Seksual untuk memungkinkan korban melapor insiden-insiden secara rahasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar