Minggu, 17 November 2013

Perwira Anti Teroris Mesir Ditembak Mati

Seorang perwira anti terorisme Mesir telah ditembak mati oleh penembak tak dikenal pada hari Minggu malam kemarin di Kairo, demikian menurut Kementrian Dalam Negeri.

Perwira yang bekerja di departemen keamanan dalam negeri ditembak mati di dalam mobilnya ketika dia berjalan ke kantornya. Perwira yang tewas itu diberi nama Mohammad Mabruk yang telah bekerja atas isu kelompok islamis militan.

Militan yang menyerang konvoi keamanan telah meningkat di dalam negara ini, terutama di daerah Semenanjung Sinai sejak di kudetanya Presiden Mursi.

Insiden terakhir di bulan Oktober adalah tewasnya 3 orang polisi yang bertugas di dengan universitas Mansoura di wilayah delta Nil Mesir.

Kelompok-kelompok yang terinspirai oleh Al-Qaeda telah mengklaim sebagian serangan yang terjadi di ibu kota, termasuk sebuah bom di bulan September yang menyerang Menteri Dalam Negeri. Namun dalam serangan tersebut sang pejabat selamat.

sumber: alrabiya

Pimpinan-pimpinan Pejuang dan Pemerintah Berguguran Dalam Pertempuran Sengit Beberapa Hari Terakhir

Seorang pimpinan pemberontak oposisi tewas dari luka-luka yang di deritanya di dalam serangan udara di atas kota Aleppo, demikian menurut sumber dari pemberontak baru-baru saja.

Tewasnya Abdelqader Saleh, komandan dari brigadi Islamist al-Tawhid telah memberikan pukulan yang berarti terhadap oposisi militer yang melawan Assad.

Beliau di deklarasikan sebagai mati syahid oleh kelompoknya, demikian menurut laporan dari Reuteur. Saleh terluka setelah pada hari Kamis, pasukan Assad menyerang sebuah meeting dari para komandan Brigade Tawhid dan membunuh seorang komandan lainnya ditempat. Saleh dibawa ke rumah sakit Turki sampai akhirnya meninggal disana.

Dalam sebuah interview dengan televisi oposisi dari medan perang sebelah timur Aleppo minggu lalu, Saleh mengatakan, "Kami tidak akan membiarkan Iran dan Hizbullah melaju lebih jauh tanpa melewati mayat kami", demikian katanya. Saleh mempunyai nama panggilan Hajji Mareh, seorang pejuang dari kota Mareh, sebuah wilayah di sebelah utara Aleppo. Dia mengumpulkan pejuang pemberontak dibawah banner Tawhid.

Tawhid telah menyatakan sebuah pernyataan pada minggu lalu bersama dengan kelompok Islam lainnya termasuk al-Nusra Front yang terkait dengan kelompok al-Qaeda menyatakan keadaaan kritis dan meminta semua pejuang untuk menuju ke medan perang.

3 Jendral, 1 Brigjen dan Puluhan Tentara Suriah Tewas

Pertempuran masih berlangsung dengan sangat sengitnya di bagian tengah Suriah. Dilaporkan kemarin 31 tentara Suriah setidaknya tewas, diantaranya 4 orang perwira terbunuh oleh serangan bom yang menyerang pangkalan militer di dekat Damaskus pada hari Minggu.

"3 Jenderal dan seorang Brigadir Jenderal termasuk di dalam 31 tentara yang tewas dalam sebuah serangan bom yang menyebabkan sebuah gedung transport militer di Harasta roboh", demikian pengamat kemanusiaan dari Suriah - direktur Abdel Rahman - mengatakan pada AFP.

"Timing dari serangan sangat tepat", demikian katanya. Serangan itu tepat pada saat pasukan pemerintah sedang melakukan serangan ke berbagai wilayah disekitar Damaskus.

sumber: alarabiya, reuters, afp

Jumat, 15 November 2013

Pengamat Ahli: Sekitar 600 Pejuang Saudi Berada di Suriah

Diperkirakan sekitar 600 orang warga Saudi telah bergabung dengan kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Suriah berperang melawan rezim presiden Bashar al-Assad, demikian menurut seorang ahli dalam pergerakan Islam kepada al-Arabiya dalam sebuah program mingguan hari Jumat.

Faris bin Hizam mengatakan banyak warga Saudi yang bertempur ada dalam kelompok Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) dan Al-Nusra Front.

Namun kelompok pejuang dari Saudi sangat kecil dibandingkan dengan pejuang-pejuang dari negara-negara asing lainnya yang berjuang di Suriah, demikian katanya.

Tidak seperti Afganistan dan Irak dimana al-Qaeda mempunyai pengaruh kuat disana, saat ini ada peningkatan kewaspadaan diantara warga Saudi tentang bahayanya bila berada di al-Qaeda dan kepercayaan yang meluas bila revolusi Suriah tidak memerlukan pejuang, namun memerlukan dukungan biaya.

Faris juga menambahkan bila pengamanan dari Saudi Arabia yang ketat telah berhasil mengekang Al-Qaeda, tidak seperti Libya dan Tunisia yang gagal untuk melakukannya setelah revolusi.

al-Nusra Front telah melakukan beberapa kali serangan mematikan terhadap rezim Suriah, termasuk diantaranya bom bunuh diri. Pengamat dari Saudi ini mengatakan bila tidak ada warga Saudi diantara 10 pemimpin utama di kelompok al-Qaeda Suriah. Mereka bergabung ke kelompok ini hanya untuk mengambil bagian di bom bunuh diri dan operasi sipil, demikian katanya.

Faris menyatakan bila al-Qaeda cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota Saudi untuk kelompoknya di Suriah, Pakistan, Yaman dan Irak sebagai cara untuk mengundang lebih banyak sukarelawan dan bantuan finansial dari donaturnya.

sumber: alarabiya

Rusia Menawarkan Kesepakatan Senjata Utama Terhadap Mesir

Rusia menawarkan untuk menjual jet tempur yang modern, helikopter dan sistem pertahanan udara ke Mesir dan dilaporkan bernilai $ 2 miliar. Pejabat Rusia mengatakannya sebagai tanda yang jelas bila militer kedua negara kembali bekerja sama.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, bersama dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, melakukan kunjungan ke Mesir pada hari Kamis untuk mendapatkan kontrak yang berharga dengan pemerintah negara itu setelah Amerika Serikat menahan bantuan militer ke Kairo bulan lalu.

Shoigu telah mengkonfirmasi bahwa kolaborasi militer dibahas dalam pertemuan dengan partnernya dari Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana kolaborasi tersebut.

"Kami telah sepakat untuk mengambil langkah-langkah dalam menciptakan dasar hukum bagi kesepakatan kami [pada kolaborasi militer]," katanya, menurut kantor berita RIA Novosti.

Mikhail Zavaly , seorang pejabat senior Rusia bersama perusahaan yang bergerak dalam ekspor senjata Rosoboronexport, akan memimpin delegasinya di Dubai mendatang dalam pameran udara. Dikonfirmasi Rusia ingin menjual perangkat keras militer ke Mesir, demikian menurut AFP.

"Sekarang kami menawarkan Mesir helikopter modern, peralatan pertahanan udara dan modernisasi peralatan militer yang sebelumnya telah dibeli," katanya kepada kantor berita RIA Novosti.

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi harian Rusia Vedomosti mengatakan negosiasi sedang berlangsung tentang penjualan jet tempur MiG-29M/M2, berbagai sistem pertahanan udara jarak pendek dan roket anti tank.

Mengutip sumber-sumber pertahanan Rusia, Vedomosti mengatakan kesepakatan itu bernilai lebih dari $ 2 miliar dan bisa dibiayai oleh sekutu Mesir di negara-negara Arab.

Awal pekan ini seorang pejabat senior Rosoboronexport mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Rusia ingin menjual perangkat keras militer ke Mesir.

"Kami siap untuk bernegosiasi dengan pihak Mesir dengan kemungkinan pengiriman persenjataan baru serta memperbaiki peralatan yang disediakan di masa Uni Soviet," kata pejabat Rosoboronexport.

Tapi pejabat itu mencatat bahwa pasokan baru tersebut akan bergantung pada kemampuan Mesir untuk membayar mereka. "Moskow siap untuk berdiskusi dengan Kairo tentang kemungkinan pinjaman ke negara itu," katanya.

Uni Soviet adalah pemasok senjata utama ke Mesir pada tahun 1960 dan awal tahun 1970, tetapi kerja sama menurun setelah tercapainya perjanjian damai dengan Israel, ketika itu Kairo mulai menikmati bantuan murah hati AS.

Namun, pemerintah AS menghentikan sebagian bantuan militer ke Kairo setelah penggulingan Mursi.

sumber: alarabiya

31 Orang Tewas Oleh Tembakan Milisi Libya

Setidaknya 31 orang demonstran Libya tewas dan 285 orang lainnya terluka pada hari Jumat kemarin setelah sebuah kelompok milisi menembaki aksi demonstrasi yang menuntut kepergian milisi dari Tripoli. Kelompok milisi sekarang menguasai ibu kota Libya Tripoli sejak mereka berhasil menurunkan Muammar Qaddafi pada 2011.

Televisi Libya melaporkan sebelumnya bila korban tewas hanya 4 orang, 45 orang terluka dan 15 orang dalam kondisi kritis.

Sadat al-Badri, pimpinan dari dewan kota Tripoli yang menyerukan protest, mengatakan kepada AFP bila tembakan yang diarahkan kepada para pendemo berasal dari dalam kantor milisi.

"Ketegangan sedang meningkat di Tripoli. Kita akan mengumumkan mogok massal dan kampanye pembangkangan sipil sampai milisi ini pergi", demikian katanya.

Ketika sholat Jumat dilakukan kemarin, imam sholat Jumat mendukung aksi protes terhadap para milisi ini. Ratusan orang membawa bendera putih sebagai simbol perdamaian, begitu pula dengan bendera nasional Libya. Mereka menyanyikan lagu nasional dan berkumpul di alun-lun kota Meliana.

Mereka kemudian berjalan ke markas milisi Misrata yang berada di distrik Gharghour untuk memaksakan permintaan mereka ketika para milisi yang berada di dalam gedung menembakan tembakan ke udara untuk menakuti mereka.

Ketika kerumuman semakin banyak menuju gedung, para milisi  mulai menembaki mereka, demikian menurut contributor AFP yang melihat sendiri 2 orang terluka termasuk yang tertembak di perut.

Pimpinan dari milisi Misrata sebelah timur dari ibu kota mengatakan kepada televisi channel al-Naba bila para demonstran lah yang melakukan tembakan pertama kali.

Demonstrasi ini dimulai dengan kekerasan pada tanggal 7 November ketika milisi Misrate berperang sebagai pemain utama  yang digambarkan sebagai penyebab ketidak stabilan Libya.

Salah satu pemimpin dari kelompok ini, Nuri Friwan, telah terluka dengan fatal dalam pertempuran di checkpoint melawan kelompok lain mantan dari pemberontak, dua orang dikabarkan tewas dalam pertempuran ini.

Penduduk Tripoli telah berulang kali mengadakan demonstrasi terhadap para milisi. Milisi-milisi ini menolak untuk meninggalkan ibu kota setelah diseru oleh pemerintahan Libya yang lemah.

sumber: alarabiya

Kamis, 14 November 2013

Norwegia Mengirimkan Kapal ke Suriah Untuk Mengangkut Senjata Kimia

Norwegia pada hari Kamis menjadi negara pertama yang mengkonfirmasi bila mereka mengirimkan tentara militer ke Suriah dan membantu PBB untuk memusnahkan senjata kimia pemerintahan Assad.

Menlu Norwegia Borge Brende mengatakan bila negaranya akan mengirimkan sebuah kapal cargo sipil dan sebuah frigat Angkatan Laut ke dermaga Suriah untuk mengangkut senjata kimia tersebut dan membawanya ke tempat lain untuk dimusnahkan.

Dalam sebuah interview dengan AFP, Brende menggambarkan bila pemusnahan senjata kimia Suriah adalah kewajiban Norwegia. 50 tentara akan ikut bersama frigat Norwegia dan Brende mengetahui bila operasi ini bukan tanpa resiko.

Badan PBB untuk pencegahan senjata kimia masih sedang mengerjakan rencana untuk menghancurkan persediaan senjata kimia Assad. Denmark sedang mempertimbangkan bantuan transportasi serupa dan sedang menunggu persetujuan parlemen.

Koordinasi dari banyak negara ini merupakan rencana B dari presiden Barrack Obama setelah dia gagal mendapatkan dukungan dari dalam negeri dan internasional untuk melakukan serangan militer terhadap Suriah yang dipimpin oleh presiden Bashar Al-Assad.

Brende mengatakan bila detail lebih jelas masih sedang dipikirkan seperti dimana dermaga yang akan dipakai untuk mengambil senjata kimia tersebut. Dia pun menolak untuk mengatakan kemana senjata kimia itu akan dibawa.

Albania kemarin dilaporkan sebagai salah satu negara yang menjadi tujuan untuk menghancurkan senjata kimia ini. Sekitar 5000 warag Albania melakukan demonstrasi pada hari Kamis diluar parlemen dan kantor PM menyatakan penolakannya.

Norwegia juga menyatakan akan memberikan donasi sebesar $14.5 juta untuk senjata kimia dan tambahan 16 juta dollar untuk bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Suriah. Total bantuan yang telah diberikan oleh Norwegia untuk bantuan kemanusiaan selama perang mencapai 137 juta dollar.

sumber: alarabiya

Era Baru, Mesir Beralih ke Russia Untuk Dukungan

Kunjungan delegasi Rusia atas ke Mesir pada hari Kamis telah mengisyaratkan kemungkinan perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Kairo, mengkonsolidasikan hubungan dengan sekutu lama dan mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov bertemu dengan rekan-rekan mereka di Kairo untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Kunjungan ini dilakukan sebulan setelah Washington menangguhkan bagian dari bantuan tahunan militer ke Mesir. Dikatakan kunjungan ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi, politik dan keamanan antara Rusia dan Mesir.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan Rusia dalam beberapa bidang, karena pengaruh Rusia di arena internasional", kata Menteri Luar Negeri Mesir Nabil Fahmy kepada wartawan setelah pertemuan dengan Lavrov.

Fahmy menambahkan bahwa, "Posisi Rusia terlalu berat untuk menjadi pengganti bagi siapa pun", mengacu pada Amerika Serikat, Associated Press melaporkan .

Fahmy mengatakan sehari sebelumnya bahwa kunjungan delegasi Rusia "adalah pesan politik yang penting yang mencerminkan kepedulian, penghargaan dan penghormatan bagi Mesir dan sejarahnya".

Penguasa baru Mesir tidak senang dengan kurangnya dukungan kuat dari Presiden AS Barak Obama dan sekutu Eropanya atas kudeta militer terhadap Presiden Mohammad Mursi.

Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah mengkritik tindakan keras dan mematikan terhadap demonstran, dan telah menyerukan pembebasan tahanan politik dan mengakhiri keadaan darurat.

Pemerintahan Obama bahkan menangguhkan pengiriman beberapa sistem militer besar -besaran, serta $ 260.000.000 kepada para pemimpin yang didukung militer Mesir.

Para pengamat politik mengatakan langkah AS adalah alasan yang mendorong pemulihan hubungan Mesir dengan Rusia, tetapi tidak mungkin bahwa Kairo akan berpaling terlalu jauh dari Amerika Serikat.

"Mesir sedang mengalami masa perubahan politik , dan dengan demikian memiliki hak untuk mencari keseimbangan dalam hubungan luar negerinya", demikian menurut Mohamed Gomaa seorang analis politik di al - Ahram Pusat Studi Politik dan Strategis kepada Al Arabiya News.

"Urusan luar negeri Mesir sedang direstrukturisasi, tetapi hubungan dengan Rusia tidak harus dilihat sebagai pengganti hubungan dengan Amerika Serikat", kata Gomaa .

"Pengambil keputusan di Mesir tidak punya niat untuk berpaling dari Amerika Serikat pada saat ini", tambahnya.

Gehad Auda, seorang profesor ilmu politik di Universitas Helwan dan Universitas Inggris di Kairo, mengatakan pemulihan hubungan antara Rusia dan Mesir tetap memerlukan persetujuan dari Amerika Serikat .

"Hubungan internasional di Timur Tengah tunduk pada kesepakatan antara kekuatan dunia", kata Auda. "Dengan demikian, hubungan Mesir - Rusia tidak akan bertentangan dengan kepentingan AS di kawasan itu".

Berbeda dengan era Perang Dingin , saat ini Rusia dan Amerika bisa saling bekerjasama, ia menambahkan.

Mesir menikmati hubungan yang kuat dengan Uni Soviet dari tahun 1950 hingga 1970-an, di bawah Presiden Gamal Abdel Nasser dan Anwar al- Sadat.

Di bawah Nasser, Uni Soviet memberikan senjata kepada Mesir dan mendukung proyek-proyek infrastruktur seperti bendungan tinggi Aswan. Mesir mengobarkan perang 1973 melawan Israel menggunakan senjata Rusia.

Ketika Sadat membuat perdamaian dengan Israel pada 1979, Mesir dihadiahi dana tahunan sebesar $ 1,3 miliar berupa bantuan militer dan ekonomi  dari AS, membawa lebih dekat Kairo ke Washington daripada Moskow.

Kairo dapat bergantung pada Rusia sebagai sumber pelengkap perangkat keras militer, ia menambahkan. Berbeda dengan Amerika Serikat, Rusia tertarik untuk menjual senjata kepada tentara Mesir, tidak menyumbangkan mereka .

Kantor berita RIA Novosti Rusia mengutip seorang pejabat tinggi di perusahaan eksportir senjata Rosoboronexport mengatakan pengiriman senjata akan tergantung pada kemampuan Kairo dalam membayar mereka.

Sejak penggulingan Mursi pada bulan Juli, ekonomi Mesir telah bertahan pada bantuan internasional terutama dari negara-negara kaya Arab Teluk.
Kerusuhan yang sedang berlangsung  menjadi pukulan besar bagi berbagai sektor ekonomi negara dan menguras anggaran negara.

sumber: alarabiya