Minggu, 29 September 2013

China Menjadi Tantangan Utama Kekuatan Udara AS

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Ec0vFBkpJ847zxfAYrSE_n-VglWQVPbrSOtQNv-xniPH7ku4CHaCud-BB-JhK3pFl9VeNiFYCCY73FI3deUbjr0sZKEMfrC-jf3Xq3kYgmsdD60q_DTKVns0Tg07jU1RH0n-UIoRd2w/s1600/armada-kapal-selam-china.jpg

Sebagaimana China telah meningkatkan teknologi dan peralatan militernya, Komando Pasifik Angkatan Udara AS (PACAF) harus meresponnya, bahkan meskipun bukan karena China, Komandan PACAF mengatakan pada Rabu, 18 September lalu. "Mungkin kita belum berhadapan dengan China, namun kita akan berhadapan dengan barang-barang (alutsista yang) mereka (jual pada negara lain)," kata Jenderal Herbert Carlisle saat presentasi di konferensi tahunan Asosiasi Angkatan Udara AS di National Harbor, Maryland, AS.

Carlisle, yang sudah lebih satu tahun mengambil alih tampuk komando "teater" Pasifik, mengatakan "bahwa musuh dan musuh potensial telah melihat apa yang bisa dilakukan Angkatan Udara AS dan mereka bertujuan untuk mencegah agar kita menjauh sejauh yang mereka bisa." Tidak hanya Carlisle yang memunculkan momok bahwa China akan menjadi tantangan utama AS.

Sehari sebelumnya, Jenderal Mike Hostage, Komandan Komando Tempur Udara, mengatakan kepada wartawan bahwa lima tahun kedepan China akan mengoperasikan pesawat tempur generasi kelimanya. Ini akan menjadi tantangan berat kekuatan udara Amerika di wilayah tersebut (Pasifik), kecuali jika AS bisa segera mengoperasikan F-35 Lightning II sesuai jadwal.

Angkatan Udara AS sendiri direncanakan akan memiliki 1.763 pesawat tempur F-35 -pemotongan anggaran pertahanan telah mengurangi jumlah ini. Akibat krisis ekonomi pada tahun 2008, program pesawat ini sempat tersendat-sendat dan tidak hanya itu, banyak program Departemen Pertahanan AS lainnya juga terhambat pembangunannya. "Jika kita terus memperlambatnya, kita tidak akan pernah memiliki 1.763 (F-35), sangat penting bagi kita untuk mencapai angka tersbeut," ujar Hostage.

Tahun lalu, PACAF sudah menyatakan kebutuhannya akan F-35, menekankan pada rencana strategis tahunan yang memang teater Pasifik menjadi prioritas utama. "Ancaman-ancaman baru sudah ada disini sekarang," ujar Hostage. Penekanan militer AS ke wilayah Pasifik merupakan respon terhadap strategi keamanan nasional AS

Di hari yang sama, Carlisle juga menyebut China sebagai "the pacing threat" karena memang China-lah yang paling menonjol kemampuannya di wilayah Pasifik. Dia juga mencatat bahwa Rusia terus mengembangkan berbagai alutsistanya canggih dan mengekspornya ke negara-negara lain. "Persenjataan-persenjataan canggih ini bisa berada di seluruh dunia hanya karena mereka bisa membelinya," Carlisle.

Mereka menggunakan sistem serang elektronik yang dapat beroperasi dalam spektrum yang dapat mendatangkan malapetaka pada GPS dan sistem radar AS, kata Carlisle. Musuh potensial yang ingin menjaga jarak dengan AS terlihat akan melakukannya dengan rudal permukaan ke udara, dan rudal anti kapal dan darat canggih.

"Integrasi kekuatan udara dan pertahanan rudal musuh akan menjadi salah satu tantangan terbesar," kata Carlisle. AS butuh kemampuan yang lebih baik dalam menyerang, butuh pertahanan aktif-termasuk rudal Patriot, rudal THAAD dan butuh kemampuan pertahanan pasif seperti aset dan penyaluran bahan bakar yang baik, kamuflase dan kemapanan kontrol dan komando.
Penekanan militer AS ke wilayah Pasifik -dijuluki Pacific Pivot- merupakan respon terhadap strategi keamanan nasional AS yang memerlukan kehadirannya yang lebih kuat di wilayah lain.

"Pemerintahan (AS) mengatakan bahwa kita harus memfokuskan dan menyeimbangkan kembali wilayah Asia Pasifik karena ini memang penting, katanya. Tiga puluh enam negara dan 55 persen dari produk domestik bruto dunia berada di dikawasan ini, dan jelas keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik menjadi kunci yang bukan untuk negara kita saja, namun juga untuk banyak negara di dunia," Carlisle mengungkapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar