Tampilkan postingan dengan label china. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label china. Tampilkan semua postingan
Rabu, 06 November 2013
Serangkaian Ledakan Bom Terjadi di China
BEIJING - Serangkaian ledakan kecil menewaskan satu orang dan melukai setidaknya 8 orang lain, satu orang dalam kondisi kritis. Ledakan terjadi di depan gedung Partai Komunis utama di kota China utara-tengah Taiyuan Rabu pagi, demikian menurut laporan polisi dan media pemerintah .
Ledakan bom terjadi sekitar 7:40 pagi dekat markas Partai Komunis Provinsi Shanxi, kata polisi Taiyuan pada situs mikro blogging - Sina Weibo. Taiyuan adalah ibu kota Shanxi, wilayah yang kaya batu bara dan terletak 310km barat daya Beijing .
Foto di Sina Weibo dan platform media sosial lainnya menunjukkan setidaknya satu pria yang tergeletak dengan nahas di jalan, beberapa kendaraan dengan jendela pecah dan ban yang pecah. Juga tersebar bola-bola besi dengan ukuran yang berbeda, "Diduga itu adalah bom yang dimodifikasi yang meledak" kata Xinhua yang merupakan kantor berita resmi negara.
Polisi mengatakan para pemimpin Partai dengan cepat bergegas ke tempat kejadian. Lalu lintas di jalan yang terkena dampak sudah kembali normal pada pukul 10:30. Sebuah penyelidikan sedang berlangsung, kata Xinhua , tapi pemerintah tidak memberikan petunjuk mengenai siapa yang diduga berada dibalik peledakan bom .
Serangan bom tetap relatif jarang namun tetap terdengar di China meskipun pengeluaran pemerintah untuk ' pemeliharaan stabilitas ' sangat besar. Ledakan hari Rabu terjadi ketika ada peningkatan keamanan di seluruh China dimana negara tersebut tengah mempersiapkan rapat Partai yang diawasi dengan ketat. Pertemuan itu sendiri dimulai hari Sabtu di Beijing dan dapat memberikan lampu hijau untuk reformasi baru dibidang ekonomi.
sumber: usatoday
Minggu, 29 September 2013
China Menjadi Tantangan Utama Kekuatan Udara AS

Sebagaimana China telah meningkatkan teknologi dan peralatan militernya, Komando Pasifik Angkatan Udara AS (PACAF) harus meresponnya, bahkan meskipun bukan karena China, Komandan PACAF mengatakan pada Rabu, 18 September lalu. "Mungkin kita belum berhadapan dengan China, namun kita akan berhadapan dengan barang-barang (alutsista yang) mereka (jual pada negara lain)," kata Jenderal Herbert Carlisle saat presentasi di konferensi tahunan Asosiasi Angkatan Udara AS di National Harbor, Maryland, AS.
Carlisle, yang sudah lebih satu tahun mengambil alih tampuk komando "teater" Pasifik, mengatakan "bahwa musuh dan musuh potensial telah melihat apa yang bisa dilakukan Angkatan Udara AS dan mereka bertujuan untuk mencegah agar kita menjauh sejauh yang mereka bisa." Tidak hanya Carlisle yang memunculkan momok bahwa China akan menjadi tantangan utama AS.
Sehari sebelumnya, Jenderal Mike Hostage, Komandan Komando Tempur Udara, mengatakan kepada wartawan bahwa lima tahun kedepan China akan mengoperasikan pesawat tempur generasi kelimanya. Ini akan menjadi tantangan berat kekuatan udara Amerika di wilayah tersebut (Pasifik), kecuali jika AS bisa segera mengoperasikan F-35 Lightning II sesuai jadwal.
Angkatan Udara AS sendiri direncanakan akan memiliki 1.763 pesawat tempur F-35 -pemotongan anggaran pertahanan telah mengurangi jumlah ini. Akibat krisis ekonomi pada tahun 2008, program pesawat ini sempat tersendat-sendat dan tidak hanya itu, banyak program Departemen Pertahanan AS lainnya juga terhambat pembangunannya. "Jika kita terus memperlambatnya, kita tidak akan pernah memiliki 1.763 (F-35), sangat penting bagi kita untuk mencapai angka tersbeut," ujar Hostage.
Tahun lalu, PACAF sudah menyatakan kebutuhannya akan F-35, menekankan pada rencana strategis tahunan yang memang teater Pasifik menjadi prioritas utama. "Ancaman-ancaman baru sudah ada disini sekarang," ujar Hostage. Penekanan militer AS ke wilayah Pasifik merupakan respon terhadap strategi keamanan nasional AS
Di hari yang sama, Carlisle juga menyebut China sebagai "the pacing threat" karena memang China-lah yang paling menonjol kemampuannya di wilayah Pasifik. Dia juga mencatat bahwa Rusia terus mengembangkan berbagai alutsistanya canggih dan mengekspornya ke negara-negara lain. "Persenjataan-persenjataan canggih ini bisa berada di seluruh dunia hanya karena mereka bisa membelinya," Carlisle.
Mereka menggunakan sistem serang elektronik yang dapat beroperasi dalam spektrum yang dapat mendatangkan malapetaka pada GPS dan sistem radar AS, kata Carlisle. Musuh potensial yang ingin menjaga jarak dengan AS terlihat akan melakukannya dengan rudal permukaan ke udara, dan rudal anti kapal dan darat canggih.
"Integrasi kekuatan udara dan pertahanan rudal musuh akan menjadi salah satu tantangan terbesar," kata Carlisle. AS butuh kemampuan yang lebih baik dalam menyerang, butuh pertahanan aktif-termasuk rudal Patriot, rudal THAAD dan butuh kemampuan pertahanan pasif seperti aset dan penyaluran bahan bakar yang baik, kamuflase dan kemapanan kontrol dan komando.
Carlisle, yang sudah lebih satu tahun mengambil alih tampuk komando "teater" Pasifik, mengatakan "bahwa musuh dan musuh potensial telah melihat apa yang bisa dilakukan Angkatan Udara AS dan mereka bertujuan untuk mencegah agar kita menjauh sejauh yang mereka bisa." Tidak hanya Carlisle yang memunculkan momok bahwa China akan menjadi tantangan utama AS.
Sehari sebelumnya, Jenderal Mike Hostage, Komandan Komando Tempur Udara, mengatakan kepada wartawan bahwa lima tahun kedepan China akan mengoperasikan pesawat tempur generasi kelimanya. Ini akan menjadi tantangan berat kekuatan udara Amerika di wilayah tersebut (Pasifik), kecuali jika AS bisa segera mengoperasikan F-35 Lightning II sesuai jadwal.
Angkatan Udara AS sendiri direncanakan akan memiliki 1.763 pesawat tempur F-35 -pemotongan anggaran pertahanan telah mengurangi jumlah ini. Akibat krisis ekonomi pada tahun 2008, program pesawat ini sempat tersendat-sendat dan tidak hanya itu, banyak program Departemen Pertahanan AS lainnya juga terhambat pembangunannya. "Jika kita terus memperlambatnya, kita tidak akan pernah memiliki 1.763 (F-35), sangat penting bagi kita untuk mencapai angka tersbeut," ujar Hostage.
Tahun lalu, PACAF sudah menyatakan kebutuhannya akan F-35, menekankan pada rencana strategis tahunan yang memang teater Pasifik menjadi prioritas utama. "Ancaman-ancaman baru sudah ada disini sekarang," ujar Hostage. Penekanan militer AS ke wilayah Pasifik merupakan respon terhadap strategi keamanan nasional AS
Di hari yang sama, Carlisle juga menyebut China sebagai "the pacing threat" karena memang China-lah yang paling menonjol kemampuannya di wilayah Pasifik. Dia juga mencatat bahwa Rusia terus mengembangkan berbagai alutsistanya canggih dan mengekspornya ke negara-negara lain. "Persenjataan-persenjataan canggih ini bisa berada di seluruh dunia hanya karena mereka bisa membelinya," Carlisle.
Mereka menggunakan sistem serang elektronik yang dapat beroperasi dalam spektrum yang dapat mendatangkan malapetaka pada GPS dan sistem radar AS, kata Carlisle. Musuh potensial yang ingin menjaga jarak dengan AS terlihat akan melakukannya dengan rudal permukaan ke udara, dan rudal anti kapal dan darat canggih.
"Integrasi kekuatan udara dan pertahanan rudal musuh akan menjadi salah satu tantangan terbesar," kata Carlisle. AS butuh kemampuan yang lebih baik dalam menyerang, butuh pertahanan aktif-termasuk rudal Patriot, rudal THAAD dan butuh kemampuan pertahanan pasif seperti aset dan penyaluran bahan bakar yang baik, kamuflase dan kemapanan kontrol dan komando.
Penekanan militer AS ke wilayah Pasifik -dijuluki Pacific Pivot- merupakan respon terhadap strategi keamanan nasional AS yang memerlukan kehadirannya yang lebih kuat di wilayah lain.
"Pemerintahan (AS) mengatakan bahwa kita harus memfokuskan dan menyeimbangkan kembali wilayah Asia Pasifik karena ini memang penting, katanya. Tiga puluh enam negara dan 55 persen dari produk domestik bruto dunia berada di dikawasan ini, dan jelas keamanan dan stabilitas kawasan Asia Pasifik menjadi kunci yang bukan untuk negara kita saja, namun juga untuk banyak negara di dunia," Carlisle mengungkapkan.
Jumat, 17 Mei 2013
Kekhawatiran AS Setelah Uji Coba Rudal China
![]() |
Peluncuran roket Long March-3B di Sichuan |
Pada Senin malam waktu setempat roket dikirim ke luar angkasa dari pusat peluncuran di provinsi Sichuan, Cina barat daya. Beijing mengatakan, peluncuran itu adalah bagian dari misi pengumpulan data ilmiah.
Tapi sebuah sumber anonim pertahanan AS mengatakan pada Reuters: "Ini adalah rudal berbasis darat yang kami percaya akan menjadi tes pertama mereka yang dirancang untuk mencegat setelah satelit itu sebenarnya telah tetap pada orbit. "
Mike Rogers, ketua Komite Intelijen Dewan, menolak untuk mengomentari klaim tersebut pada sebuah konferensi cyber security yang diselenggarakan oleh Reuters tapi mengisyaratkan kecemasan AS atas peluncuran tersebut.
"Setiap kali Anda mendapatkan sebuah negara yang ingin memiliki sikap yang lebih agresif dalam ruang angkasa, itu sangat memprihatinkan," katanya.
Cina telah menolak klaim bahwa peluncuran roket merupakan perkembangan militer yang agresif.
"Roket diluncurkan pada tanggal 9 pada hari Senin dari Pusat Peluncuran Satelit Xichang di barat daya China untuk menyelidiki partikel energi dan medan magnet dalam stratum dan dekat Bumi di ruang terionisasi," pejabat dari National Space Science Center mengatakan kepada media pemerintah.
"Penelitian telah mencapai tujuan yang diharapkan dengan memungkinkan para ilmuwan untuk memperoleh data dari tangan pertama mengenai lingkungan pada ketinggian yang berbeda," kata kantor berita resmi China, Xinhua, melaporkan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei mengatakan kepada wartawan: "Saya ingin menekankan bahwa China telah secara konsisten menganjurkan untuk penggunaan damai teknologi luar angkasa dan menentang persenjataan luar angkasa serta perlombaan senjata di luar angkasa." Peluncuran menciptakan kebingungan di media internet Cina, dengan mikro-blogger di bagian barat daya China tengah mencatat penampilan cerah objek berbentuk V di langit.
Spekulasi online telah menyebabkan media pemerintah mengeluarkan release bila yang mereka lihat bukanlah object UFO.
Pada hari Rabu, juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Monica Matoush, mengatakan ada benda telah ditempatkan ke orbit oleh sebuah peluncuran.
"Kami melacak beberapa objek selama penerbangan tapi tidak mengamati penyisipan dari benda ke orbit dan tidak ada benda-benda yang terkait dengan peluncuran ini tetap di ruang angkasa," kata juru bicara tersebut kepada Reuters.
sumber: dt
Kamis, 07 Maret 2013
Korea Utara Ancam Kirim Nuklir ke AS, PBB Berikan Sanksi
New York - Situasi memanas terjadi dikawasan Asia timur ketika Korea Utara mengancam akan mengirimkan rudal nuklirnya ke Amerika Serikat bila PBB bersikeras untuk memberikan sanksi kepada Korea Utara. Demikian dikatakan oleh juru bicara kementrian luar negeri Korea Utara yang tidak dapat disebutkan namanya.
"North Korea akan melaksanakan haknya melakukan preemptive serangan nuklir untuk menghancurkan benteng musuh karena Washington telah memaksa melakukan perang nuklir terhadap Korea Utara", demikian katanya.
Pihak barat menanggapi ancaman ini dengan dingin saja dan menganggap pernyataan ini hanya pernyataan retoris belaka. Korea Utara memang sering melemparkan pernyataan-pernyataan tajam dikawasan, namun negara-negara lawan seperti Jepang dan Korea Selatan telah menganggap hal itu biasa saja. Pihak barat pun beranggapan bila Korut belum mampu menguasai dengan benar rudal antar balistik yang bisa dipasangi kepala nuklir.
Ancaman Korea Utara ini terjadi setelah mereka melakukan uji coba peledakan senjata nuklir baru-baru ini. Aksi tersebut memancing reaksi keras dari luar termasuk sekutu Korea Utara di kawasan yaitu China.
PBB Memberikan Sanksi
Dan hari ini ternyata gertakan dari Korea Utara sama sekali tidak menghentikan PBB untuk mengeluarkan sanksi bagi Korea Utara yang disetujui oleh Badan Keamanan PBB termasuk China didalamnya.
Dengan tekanan yang semakin tinggi di kawasan Korea, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi unit militer yang berada di garis depan perbatasan bagian selatan yang berjumlah 26.000 pasukan.
Sanksi yang diberikan berupa pembatasan dalam hal finansial dimana setiap transfer uang yang berhubungan dengan program nuklirnya akan diblok. Sanksi ini dikeluarkan setelah Badan Keamanan PBB berdiskusi dengan China selama 3 minggu.
"Ketika Korea Utara mencoba untuk memindahkan uang untuk membayar program nuklir maupun rudal balistik, negara-negara yang terlibat harus memblok transfer tersebut, meskipun transfer itu dimasukan kedalam tas yang berisi penuh dengan uang", demikian pernyataan duta besar AS untuk PBB, Susan Rice
Sumber: todayszaman
"North Korea akan melaksanakan haknya melakukan preemptive serangan nuklir untuk menghancurkan benteng musuh karena Washington telah memaksa melakukan perang nuklir terhadap Korea Utara", demikian katanya.
Pihak barat menanggapi ancaman ini dengan dingin saja dan menganggap pernyataan ini hanya pernyataan retoris belaka. Korea Utara memang sering melemparkan pernyataan-pernyataan tajam dikawasan, namun negara-negara lawan seperti Jepang dan Korea Selatan telah menganggap hal itu biasa saja. Pihak barat pun beranggapan bila Korut belum mampu menguasai dengan benar rudal antar balistik yang bisa dipasangi kepala nuklir.
Ancaman Korea Utara ini terjadi setelah mereka melakukan uji coba peledakan senjata nuklir baru-baru ini. Aksi tersebut memancing reaksi keras dari luar termasuk sekutu Korea Utara di kawasan yaitu China.
PBB Memberikan Sanksi
Dan hari ini ternyata gertakan dari Korea Utara sama sekali tidak menghentikan PBB untuk mengeluarkan sanksi bagi Korea Utara yang disetujui oleh Badan Keamanan PBB termasuk China didalamnya.
Dengan tekanan yang semakin tinggi di kawasan Korea, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengunjungi unit militer yang berada di garis depan perbatasan bagian selatan yang berjumlah 26.000 pasukan.
Sanksi yang diberikan berupa pembatasan dalam hal finansial dimana setiap transfer uang yang berhubungan dengan program nuklirnya akan diblok. Sanksi ini dikeluarkan setelah Badan Keamanan PBB berdiskusi dengan China selama 3 minggu.
"Ketika Korea Utara mencoba untuk memindahkan uang untuk membayar program nuklir maupun rudal balistik, negara-negara yang terlibat harus memblok transfer tersebut, meskipun transfer itu dimasukan kedalam tas yang berisi penuh dengan uang", demikian pernyataan duta besar AS untuk PBB, Susan Rice
Sumber: todayszaman
Langganan:
Postingan (Atom)