Tampilkan postingan dengan label Rudal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rudal. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 November 2013

Jepang Persiapkan Rudal di Pasifik

http://livedoor.blogimg.jp/crx7601/imgs/4/6/461adcb5.jpg

Militer Jepang berencana untuk menempatkan peluru kendali di sebuah pulau yang menjadi pintu masuk ke Laut Pasifik. Penempatan rudal itu merupakan bagian dari latihan perang yang membuat China khawatir. Latihan perang yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Jepang di wilayah selatan. Sebelumnya Negeri Sakura sudah menempatkan sistem peluncur rudal dan sebuah pemuat rudal tipe-88 di Pulau Miyako.

"Ini untuk pertama kalinya sistem rudal tersebut ditempatkan ke Miyako. Latihan perang tersebut dirancang untuk melindungi pulau (Miyako)," ujar juru bicara Pasukan Bela Diri Jepang, seperti dikutip Associated Press, Kamis (7/11/2013). Meskipun militer Jepang memastikan bahwa rudal tersebut tidak dapat dioperasikan, langkah yang dilakukan Jepang seperti menjadi peringatan kepada saingannya mengenai kemampuan militer Negeri Sakura tersebut.

Latihan perang yang dilakukan oleh Pasukan Bela Diri Jepang dimulai selama 18 hari sejak 1 November 2013. Latihan melibatkan 34.000 personel militer, enam kapal perang dan 360 pesawat terbang. Apa yang dilakukan Jepang dalam bidang militernya menunjukkan kekhawatiran mereka dan negara lain di Asia, mengenai meningkatnya kemampuan militer China. Selain itu, Jepang sepertinya terus mempersiapkan diri menyusul perebutan kekuasaan Pulau Senkaku.

Rabu, 06 November 2013

NATO Ragukan Kualitas Sistem Rudal Cina

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib6tipoICrHZEeEqOzJi_tlr9mGtLntJo5dvbABgibY3k8mmv7_7D6LJMMvEC7AnI-1np0Eq_RHqKu3yWhsCAKiVCfhdU1412kZDU-mQIyMzq4WL3fa5DiKy9_BHSeJtVWVbw863_fsxg/s1600/FD2000_HQ-9.jpg

Komandan militer NATO mendesak Turki pada hari Rabu (6/11) untuk membeli sistem pertahanan rudal yang kompatibel dengan sistem NATO lainnya. Dia meragukan kualitas sistem rudal Cina yang akan dibeli oleh Turki.

Komentar Panglima Angkatan Udara AS Jenderal Philip Breedlove, yang juga Panglima Tinggi Militer NATO, menambah tekanan pada Ankara untuk memikirkan kembali keputusannya soal pembelian sistem pertahanan rudal Cina. Turki, anggota aliansi militer NATO, mengumumkan pada September lalu bahwa mereka telah memilih sistem pertahanan rudal FD-2000 dari perusahaan ekspor impor mesin presisi Cina (CPMIEC).

Padahal, CPMIEC mendapat sanksi AS karena terlibat transaksi dengan Iran, Korea Utara, dan Suriah. Seraya menekankan bahwa Turki bebas untuk memilih, Breedlove menambahkan keprihatinannya adalah bahwa semua anggota NATO mengambil keputusan untuk membantu pertahanan kolektif organisasi ini dan peralatan yang dipilih sesuai dengan sistem NATO lainnya.

"Dalam pembicaraan saya dengan para pejabat militer Turki, poin penting adalah bahwa kita memiliki sistem yang benar-benar cocok untuk menghubungkannya ke jaringan NATO," ujarnya. Breedlove tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan kecocokan, tetapi beberapa diplomat NATO mengatakan, penggunaan peralatan Cina dalam sistem NATO akan meningkatkan kekhawatiran keamanan cyber.

AS Tempatkan Pertahanan Rudal di Polandia

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/rudal-jelajah-iran-_110928195046-839.jpg

Amerika Serikat (AS) akan melanjutkan rencana pertahanan rudal di Eropa meski hubungan dengan Iran, salah satu ancaman utama yang ingin ditangkal oleh sistem ini, perlahan membaik. AS berharap dapat menempatkan sistem pencegat rudal itu di utara Polandia pada 2018, atau tiga tahun sesudah suatu situs serupa di Rumania beroperasi. Pangkalan baru di Polandia akan melindungi Eropa dan AS dari potensi serangan rudal balistik Iran.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri AS John Kerry hari Selasa, saat singgah di Polandia menjelang lawatan ke Timur Tengah. Di Polandia, ia ditanyai soal apakah elemen sistem pertahanan di negara Eropa Timur itu bisa ditanggalkan, mengingat diplomasi dan negosiasi internasional terkait program nuklir Iran terus berlanjut.

“Tak ada kesepakatan dengan Iran,” demikian jawab Kerry dalam konferensi pers di Warsawa. “Tak ada yang berubah. Rencana pertahanan rudal sesuai sasaran,” tegasnya.

Kerry menambahkan, “Kami berniat mempersiapkan tahap berikutnya untuk 2018 dan akan mendirikan situs [antirudal] tersebut pada periode itu. Tak ada yang berubah pada saat ini dan saya memperkirakan tak akan berubah pada masa depan.”

Babak baru perundingan nuklir antara Iran dan negara-negara terkuat dunia dijadwalkan bergulir pada Kamis ini di Jenewa. Teheran menghadapi tekanan dari masyarakat internasional yang ingin menginspeksi fasilitas nuklir Iran. Lembaga pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa menyatakan Iran telah mengundang direktur jenderal organisasi itu ke negara mereka. Undangan masih dipertimbangkan.

Pesan Kerry dalam program pertahanan rudal Polandia sudah jelas. Ia menegaskan Washington tak akan mengabaikan rencana tanggap darurat guna menangkal ancaman Iran. Kementerian Luar Negeri Rusia belum merespons pernyataan Kerry. Yang pasti, Rusia telah lama menentang program pertahanan rudal AS yang berpangkalan di dekat Polandia dan Rumania.

Di bawah rencana pertahanan rudal bagi Eropa—yang dirancang mantan Presiden AS George W. Bush—Polandia bakal menjadi area pertahanan regional pada 2015. Rencana tersebut memicu kemarahan Rusia. Negeri Beruang Merah mengancam bakal menempatkan lebih banyak rudal di daerah perbatasan Kaliningrad. Sebabnya, Rusia meyakini sistem pertahanan rudal di Polandia—yang berdekatan dengan perbatasan Rusia—bakal memperlemah kemampuan Moskow.
Dihadapkan pada kegusaran Rusia yang pernah menjadi penguasa komunisnya, Polandia berencana menginvestasikan sekitar $45 miliar pada 2022 dalam sektor peralatan militer. Kerry menyatakan perusahaan AS akan “bersaing keras” mendapatkan kontrak pengadaan peralatan untuk program itu.

Rusia Bakal Kerahkan Rudal Yars di Akhir Tahun

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/ilustrasi-uji-coba-peluru-kendali-balistik-s-300-dalam-berbagai-_120706225301-661.jpg

Rusia akan mempersenjatai dua resimen lagi Pasukan Peluru Kendali Strategis (SMF) dengan sistem rudal balistik mobile pada akhir 2013, kata Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, Rabu (6/11). "Kita sedang menghadapi tugas penting untuk menjaga keseimbangan sistem pencegahan strategis, yang membuat pemeliharaan dan dilengkapi kembali secara tepat waktu kekuatan nuklir strategis di area utama pengembangan militer," kata Shoigu.

SMF sejauh ini dilengkapi dengan dua resimen dari Divisi Rudal Teikovo di Rusia tengah dengan sistem Yars.
Dua resimen terdiri dari total 18 sistem rudal dan beberapa pos komando mobile, menurut Kementerian Pertahanan. Shoigu tidak mengatakan di mana rudal baru itu akan dikerahkan, tetapi menyebutkan bahwa mereka akan menjadi yang pertama diuji coba di Divisi Rudal Novosibirsk, yang berbasis di Siberia.

Menurut rencana yang diumumkan sebelumnya oleh Departemen Pertahanan, divisi Novosibirsk diharapkan untuk menerima sistem Yars mobile, sementara divisi Kozelsk di Rusia tengah akan dipersenjatai dengan versi berbasis silo dari sistem itu.

Sistem rudal Yars dipersenjatai dengan rudal balistik antar-benua RS-24, yang memiliki daya tempur jauh lebih baik dan kemampuan operasional dari Topol-M (SS-27 Stalin). SMF sebelumnya mengatakan Topol-M dan rudal balistik RS-24 akan menjadi andalan komponen berbasis darat dari triad nuklir Rusia dan akan menjelaskan tidak kurang dari 80 persen dari arsenal SMF pada tahun 2016.

Jumat, 18 Oktober 2013

HQ-9 Buatan China Masuk Dalam Daftar Belanja TNI 2014

http://www.ausairpower.net/PLA/HQ-9-TEL-Stowed-1S.jpg

Untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024.

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan di realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara.

Rudal HQ-9 memiliki jangkauan maksimum sekitar 100 km dan berat 1,3 ton, dilengkapi dengan "active homing head". Saat ini, China juga mengekspor rudal HQ-9 pertahanan udara dengan nama FD 2000.

Senin, 14 Oktober 2013

Tetral - Rudal Anti Pesawat TNI-AL

http://img355.imageshack.us/img355/927/kri3661xo8.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy1kLgWPz-jnQmkp_y8PXgnqCzCDIMcpao83aBH2zsKVoS7rfvX-ADoNMkEp93w0mO9jfsu86dk4qYqmrOaAv-rytUSHLKYzUywiEbbD7VO_gxaQ9nMdZ8eRYedMLEGBLr3ZNfk_YuJa4/s1600/mistraltetral.jpg

Seiring hadirnya empat korvet terbaru TNI-AL dari kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) yang dibeli dari galangan Schelde Naval Shipbuilding, Belanda. Maka otomatis TNI-AL mendapat tambahan alutsista (alat utama sistem senjata) anyar berupa rudal anti pesawat ringan, Tetral. Rudal ini menjadi bagian melekat dari korvet SIGMA yang juga dikenal sebagai kapal perang kelas Diponegoro. Pada tiap korvet SIGMA dilengkapi dua sistem peluncur, masing-masing peluncur memuat empat rudal.

Tetral sendiri merupakan teknologi sistem peluncur, sedangkan basis rudalnya mengambil dari jenis Mistral. Mistral adalah rudal ringan jarak dekat yang sangat populer di pasar dunia, rudal ini dibuat oleh MBDA di Perancis. Keunggulan Tetral yakni sistemnya dapat bekerja otomatis, dikendalikan secara remote dan tergolong low maintenance. Desain Tetral dirancang untuk dipasangkan pada kapal perang dengan konsep stealth.

 Meski tergolong rudal ringan jarak pendek, Tetral bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter, bahkan Tetral bisa melahap target berupa rudal. Dalam rilis yang dikeluarkan MBDA, tingkat success rate Tetral mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran.

Dalam pengoperasiannnya, Tetral dikendalikan dari PIT (pusat informasi tempur), berat rudal ini hanya 18.7 Kg, dimana 3 Kg nya merupakan bobot bahan peledak. Sebagai rudal penghancur target jarak pendek, jangkauan Tetral memang hanya sekitar 5.3 Km, tapi soal kecepatan jangan ditanya, rudal ini bisa melesat dengan kecepatan maksimum 2.5 Mach. Sebelumnya TNI-AL juga sudah akrab dengan rudal jenis ini, lewat platform peluncur Simbad, bedanya Simbad merupakan platform peluncur untuk dua rudal Mistral dan dioperasikan secara manual oleh operator. Simbad saat ini dipasang pada fregat TNI-AL kelas Van Speijk.

 http://indomiliter.files.wordpress.com/2009/10/simbad.jpg?w=216&h=300

Selain Simbad dan Tetral, masih ada platform peluncur lain, yakni Sadral. Sadral pada prinsipnya mirip dengan Tetral, dimana sistem rudak diluncurkan secara remote otomatis dari PIT. Bedanya Sadral mengusung enam peluncur rudal Mistral. Baik Simbad, Tetral dan Sadral, ketiganya dapat cepat untuk diisi ulang dan dapat ditebakkan secara salvo.

Spesifikasi Tetral
  •     Berat Sistem Peluncur : 600 Kg (termasuk 4 rudal)
  •     Bearing : 310 derajat
  •     Sudut Elevasi : -16 sampai 75 derajat
  •     Berat rudal : 18.7 Kg
  •     Panjang : 1.86 meter
  •     Diameter : 0.09 meter
  •     Kecepatan maksimum : 2.5 Mach

Sabtu, 28 September 2013

Menolak Tawaran AS Turki Lebih Memilih Rudal Buatan China

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgytSjDBbWLxBYXzClNwazciV7iU8N9iZ2EfNUnOY1oWxdyfdUybJ6saefLJ2IEcC2U3rhqerzrqZBjnXKyeRan005Bbfn8r0xIwu07q6C4DQa5U7ut-IdFlvv5pQCDq6xluu9GeBYATtFT/s640/fl5.jpg

Amerika Serikat (AS) menentang sikap Turki yang memilih perusahaan Cina membantu mengembangkan sistem pertahanan rudalnya. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, ini menjadi persoalan serius. Pekan ini, Turki memutuskan melakukan kerja sama dengan perusahaan dari Cina, Precision Machinery Import and Export Corp. Mereka meninggalkan perusahaan-perusahaan dari AS, Rusia, maupun negara-negara Eropa lainnya.

Turki memilih sistem pertahanan rudal FD-2000 buatan CPMIEC. AS menyatakan, perusahaan tersebut berada dalam daftar sanksi negara mereka. Sebab, perusahaan asal Cina itu membantu Iran, Korea Utara, dan Suriah dalam pengembangan senjata. “Kami memandang serius langkah Turki melakukan kontrak dengan perusahaan yang kami jatuhi sanksi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS. Apalagi, sistem yang dikembangkan itu tak akan bisa dioperasikan bersama dengan negara mitra lainnya.

Khususnya, negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia mengatakan, AS akan melakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai hal ini dengan Turki. Sejumlah pengamat pertahanan dari Barat mengaku terkejut dengan langkah Turki.

Mereka sebelumnya menduga Turki akan memilih Raytheon Co, perusahaan asal AS yang membangunan rudal Patriot. Apalagi, selama ini Turki dikenal merupakan sekutu AS. Pilihan alternatif lainnya adalah Eurosam SAMP/T, perusahaan gabungan Prancis dan Italia.

Para pengamat lainnya menyatakan, sikap Turki merupakan pesan tegas dari Turki. Pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan ingin mengatakan, Turki memiliki mitra alternatif selain negara-negara anggota NATO. “Turki menginginkan kerja sama dengan pemain global lainnya, yaitu Cina,” kata pakar ekonomi Universitas Turgut Ozal Ramazan Tas, seperti dikutip laman berita //Todays Zaman//, Jumat (27/9). Turki, kata dia, juga tak mau terlalu bergantung pada Barat.

Ia menambahkan, dengan bermitra dengan Cina, Turki berharap ada transfer teknologi. Sebab, perusahaan Turki akan bersama-sama mengerjakan sistem pertahanan rudal dan rudal jarak jauh dengan perusahaan Cina itu.

Selama ini, Turki mengembangkan program untuk memperkuat industri lokal. Kebijakan memilih melibatkan perusahaan dalam negeri dan Cina dalam mengembangkan sistem itu dianggap tepat. Jumlah kontrak yang ditandatangani nilainya sebesar 4 miliar dolar AS.

Minggu, 22 September 2013

Meneropong Kekuatan Rudal Malaysia

http://i205.photobucket.com/albums/bb63/balibilabong/Stride1.jpg

Dari segi kekuatan militer, tampak postur kekuatan militer Malaysia berada dibawah Singapura, meski demikian, dari segi eskalasi konflik, justru Malaysia yang paling dominan bergesekan di lapangan dengan Indonesia. Mulai konflik perebutan pulau Sipadan - Ligitan pada tahun 2002, kemudian berlanjut pada memanasnya hubungan antar dua negara terkait batas wilayah di blok Ambalat, Kalimantan Timur. Bahkan masih ada persoalan lain pada patok perbatasan di darat.

Dengan potensi konflik yang besar, sejak beberapa tahun lalu Malaysia mulai menggenjot kemampuan tempurnya. Dari segi alutsista, yang cukup mencolok adalah pengadaan jet tempur MiG-29 N/NUB dari Rusia tahun 1995, dilanjutkan dengan pengadaan F/A-18D Hornet pada tahun 1997. Saat itu, boleh dibilang arsenal jet tempur Malaysia sudah lebih unggul dari Indonesia. Seolah mengikuti jejak TNI AU yang membeli Sukhoi, maka TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) juga membeli 18 unit Sukhoi Su-30MKMs yang sudah datang sejak 2007 silam.

Sedangkan dari aspek laut, TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia) membangun armada kapal selam sejak tahun 2002. Seri kapal selam yang dimiliki pun cukup canggih, yakni dari kelas Scorpene buatan Perancis/Spanyol. Dilihat dari senjata yang dibawa Scorpene, membuat kapal selam TNI AL, type 209 jadi ketinggalan daya deteren. Sebut saja Scorpene memiliki 6 tabung peluncur torpedo dengan 18 torpode yang dapat dibawa, plus yang istimewa, Scorpene bisa meluncurkan rudal SM-39 Exocet, varian Exocet yang khusus diluncurkan dari bawah permukaan laut untuk menghajar sasaran kapal di permukaan.

Bisa jadi dipicu oleh kemampuan Kapal selam Scorpene yang dimiliki Malaysia, Mabes TNI AL pun kemudian membeli 3 unit kapal selam baru changbogo dari Korsel. Selain itu pemerintah Indonesia juga kini sedang melakukan negoisasi dengan pemerintah Rusia yang telah menawaran penjualan 10 unit kapal selam jenis kilo nya kepada Indonesia.

Dengan ragam jet tempur generasi mutakhirnya, TUDM memiliki beberapa rudal andalan, yakni AIM-120 AMRAAM yang mampu menghantam target pesawat lawan dari balik cakrawala. Rudal ini menjadi paket senjata yang mematikan bersama F/A-18 Hornet. Tidak hanya AMRAAM, bahkan F/A-18 TUDM dikabarkan juga dibekali AIM-7 Sparrow, rudal udara ke udara jarak menengah yang punya reputasi tinggi di kancah perang udara.

Kementrian Pertahanan Malaysia juga tengah mengajukan permohonan ke Kongres Amerika untuk bisa membeli 20 unit rudal AIM-9X2 Sidewinder Block II dengan nilai jual hingga 52 juta dollar. Dengan adanya AIM-9X Sidewinder, menjadikan postur kekuatan rudal udara Malaysia sebanding dengan Singapura.

 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/41/AIM-9X_Sidewinder.jpg

AIM-9X merupakan versi termutakhir dari Sidewinder, mulai dikembangkan pada tahun 1996. AIM-9 mempunyai kemampuan first shot dan first kill yang lebih responsif. Rudal ini dilengkapi thrust vectoring yang terhubung ke guidance fins, artinya rudal dapat mengejar target yang berbelok sekalipun. Radius putar AIM-9X mencapai 120 meter, dengan kemampuan ini, saat penembakan pesawat peluncur tidak lagi harus melakukan manuver untuk menyesuaikan dengan target. Cukup lepas AM-9X, selanjutnya rudal akan menguber target sendiri.

AIM-9X mulai dioperasikan jajaran militer AS pada tahun 2003, dan kini sudah digunakan oleh 40 negara. Untuk mengoperasikannya rudal ini diintegrasikan dalam joint mounted helmet mounted cuing system (JHMCS) buatan Boeing yang dikenakan pilot. Tak heran, AIM-9X menjadi rudal andalan untuk jet-jet tempur mutakhir AS, seperti F-22 Raptor dan F-15 Strike Eagle.

Di lini kekuatan laut, selain memiliki SM-39 Exocet, seperti halnya TNI AL, TLDM juga merupakan pengguna rudal anti kapal MM-38 Exocet, bahkan Malaysia juga menggunakan versi mutakhirnya MM-40 Block II Exocet yang ditempatkan pada frigat kelas Lekiu. Untuk memperkuat daya gempurnya frigat ini juga dibekali rudal Sea Wolf, rudal ini berperan ganda, yakni untuk anti serangan udara dan anti kapal. Sea Wolf sejatinya merupakan pengembangan dari rudal Sea cat yang tak lagi digunakan. Sea Wolf dapat menjangkau sasaran hingga 10 Km, beroperasi secara sea skimming.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYUzi_zM1MH3310tBrwdNgxiZ8SWfDUbHcpG7t_t0cP60oxN4ihTE8uhp9a256DTfD5edVL-4zyrYnU8czN30yiB-seg-gLBONCIK-bFoa-WP7dGsjG6NQALmc5X7DvxrJi76gwWCvNPZ2/s400/Brahmos+MP.jpg

Bicara tentang Yakhont, kabarnya Malaysia juga tertarik dengan Brahmos, alias versi Yakhont yang dibuat oleh India. Bila nantinya Malaysia jadi membeli Brahmos, maka skor kekuatan di segmen rudal jelajah anti kapal akan berimbang antara TLDM dan TNI AL. Hadirnya Brahmos/Yakhont sangat mungkin di Malaysia, mengingat negeri jiran ini kerap mengikuti langkah Indonesia, seperti halnya saat kita memesan Sukhoi di
masa lalu.

Selama ini tidak sedikit persepsi publik yang menyatakan bahwa rudal Yakhont memiliki kesamaan dengan rudal Brahmos produksi India. Secara teknis, memang benar bahwa Brahmos memiliki cetak biru yang diambil dari Yakhont. Akan tetapi penting pula dipahami perbedaan kedua rudal jelajah tersebut.

Perbedaan mencolok dari kedua sistem senjata itu bukan sekedar diameter di mana rudal yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Rusia dan Indonesia itu lebih panjang daripada senjata yang digunakan oleh Angkatan Laut India, tetapi juga menyangkut sistem pandu. Yakhont mengandalkan sistem pandunya pada active radar dan inersial. Adapun Brahmos opsi pengendaliannya yaitu inersial untuk versi ASCM (anti ship cruise missile) dan INS/GPS bagi tipe SLCM ( submarine launched cruise missile ).

Iran Pamerkan 12 Rudal Sejil dan 18 Rudal Ghadr

http://media2.intoday.in/indiatoday/images/Photo_gallery/iran3_092512040910.jpg

Iran memamerkan 30 rudal dalam sebuah parade. Rudal tersebut dapat menjangkau jarak sejauh 2.000 km yang diperkirakan bisa menghantam target di Israel. Ini merupakan yang pertama kali rudal tersebut dipamerkan. Iran memamerkan 12 rudal Sejil dan 18 rudal Ghadr dalam parade tahunan pada (22/9) waktu setempat untuk memperingati perang Iran-Irak 1980-1988.

Jangkauan kedua rudal tersebut tidak hanya sampai ke Israel, tapi juga pangkalan AS di wilayah teluk. Dalam pidatonya, Presiden Hassan Rouhani menegaskan pertunjukan senjata tersebut hanya untuk tujuan membela diri.

"Dalam 200 tahun terakhir, Iran tidak pernah menyerang negara lain. Hari ini juga, pasukan bersenjata Republik Iran dan kepemimpinannya tidak akan meluncurkan tindakan agresif di wilayah. Akan tetapi, mereka akan melawan agresor sampai menang," katanya seperti dikutip Al-Jazeer, Ahad. Kedua rudal menggunakan bahan bakar solid sehingga dapat bergerak berputar dan diluncurkan dengan cepat.

Selasa, 17 September 2013

Jet Tempur Sukhoi TNI-AU Kini Sudah di Pasang Rudal Zvezda Kh-31P / NATO AS-17 Krypton

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2013/09/skadron-11-sukhoi-tni-au.jpg

Skadron Udara 11 TNI-AU kini telah memasang rudal-rudal untuk pesawat tempur Sukhoi, antara lain Rudal Zvezda Kh-31P atau istlah NATO AS-17 Krypton. Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara seperti,  sistem pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS, dari jarak  200 km. Rudal anti-radar ini  bisa mematikan penjejaknya saat diserang.

Komponen paling menarik dari rudal Kh-31P adalah adanya kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan dalam dual roket pendorong (sistem propulsi ganda). Bentuknya mirip wahana antariksa Rusia, karena memang didisain oleh biro disain Soyuz di Turayevo.

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2012/05/Kh31Krypton.jpg

Pada tahap awal misil ini berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan kecepatan 1,8 Mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas, digantikan 4 mesin jet pendorong, untuk mencapai kecepatan 5 Mach. Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko tertembak, termasuk harus menerobos sistem pertahanan musuh untuk menghancurkan radar penjejak, drone maupun pesawat AWACS.

Karena rudal ini ditugaskan menghancurkan radar musuh atau pesawat AWACS, rudal Kh-31P tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg (Blast Frag). Rudal AS-17 Krypton memiliki panjang 5, 2 meter dengan berat 600 kg  dan dijuliki negara barat dengan nama “AWACS killer”.

Senin, 16 September 2013

India Sukses Uji Coba Tahap II, Misil Agni-V yang Bisa Menjangkau China

http://photo.outlookindia.com/images/gallery/20120419/Agni-V_20120419.jpg

India untuk kedua kalinya mencatat sukses dalam uji coba penembakan misil yang mampu membawa kepala nuklir. Misil ini bisa terbang dengan membawa hulu ledak nuklir yang bisa mengjangkau kota-kota besar di China seperti Shanghai dan Beijing.

Ravi Gupta, jurubicara Organisasi Pengembangan dan Riset Pertahanan India, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita AP, Minggu (15/9/2013) melaporkan, uji coba misil Agni V nantinya akan dimasukkan dalam jajaran persenjataan India pada tahun 2014 atau 2015.

Misil ini bisa menjangkau jarak 5.000 kilometer dan uji coba yang sukses ini merupakan yang kedua setelah keberhasilan uji coba pada bulan April tahun lalu.

Keberhasilan misil yang bisa membawa hulu ledak nuklir ini memperlihatkan betapa India terus bertekad mengejar dominasi China dalam mengdominasi dan menjadi sebuah kekuatan militer di Asia.

China sejauh ini dilaporkan sudah mengungguli India dalam perlombaan misil. China juga memiliki kemapuan misil balistik antarbenua yang bisa mencapai wilayah apapun di India. Kedua negara sejauh ini pernah terlibat dalam pertikaian perebutan wilayah dan perbatasan di seputar Pegunungan Himalaya.

Senin, 09 September 2013

India Bersiap Uji Coba Rudal AGNI-V Tahap II

http://www.thehindu.com/multimedia/dynamic/01058/20TH-OPEDAGNI_1058478e.jpg

Agni-V, rudal permukaan ke permukaan yang berkemampuan nuklir dengan jangkauan terjauh buatan India, akan diuji coba dari Pulau Wheeler di Odisha, India, pada 15 September 2013. Menurut seorang pejabat tinggi dari Badan Pengembangan dan Penelitian Pertahanan India (DRDO), persiapan tengah dilakukan dan uji coba kali ini untuk melihat perkembangan kedua dari rudal dengan jangkauan 5.000 km ini.

Uji coba penerbangan pertama rudal Agni-V terjadi pada 19 April tahun lalu dan hasilnya sukses. Ini menjadikan India masuk ke dalam kelompok negara-negara yang memiliki teknologi untuk mengembangkan rudal balistik antar benua (ICBM).

Uji coba 15 September nanti akan menjadi ujian ulang untuk menunjukkan kemampuan rudal Agni-V, ujar pejabat tersebut. Uji coba ke-3 dan ke-4 juga akan dilakukan sebelum rudal ini dilengkapkan pada Angkatan Bersenjata India pada tahun 2015.

Menurut pejabat lain dari DRDO, teknisi dan insinyur rudal Agni-V saat ini sudah berada di Pulau Wheeler dan sudah mulai memeriksa rudal. Dua kapal perang juga telah berlayar ke Samudera Hindia dan akan diposisikan di dekat titik sasaran penembakan.Rudal berbahan bakar padat dengan proses tiga tahap ini dilengkapi dengan teknologi canggih, termasuk sistem navigasi inersia yang berbasis laser gyro (RINS) dan sistem mikro navigasinya (MINS).

RINS dan MINS rudal ini akan memungkinkan rudal ini menjangkau jarak yang jauh dengan tingkat akurasi tinggi, kata pejabat itu. Rudal ini juga dilengkapi dengan sistem telemetri ganda. Rudal yang memiliki panjang 17 meter itu memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak seberat 1.000 kg dengan jangkauan 5.000 km lebih.