Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesawat Tempur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 November 2013

Angkatan Laut Thailand Minati 20 Pesawat PT DI

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg80OKcQxn9-uiyMVtwL3q6BOoY18STXpUElah745E4EP1PbtxXO9YSZg_4cBHFBJHQdQMNLGcYbDvgZHPB8Suie6NkRJDT4aerHwbUmQZdwx0Dvqx3ytXo9owDI6Ph9dELHWAaL5rHuxg/s1600/n219(1).jpg

Angkatan Laut Kerajaan Thailand (RTN) saat ini dalam diskusi dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk kemungkinan pembelian hingga 20 pesawat transportasi twin-turbo N219, IHS Jane melaporkan.

Pejabat dari PT DI (tidak disebutkan namanya) menghadiri pameran Pertahanan dan Keamanan 2013 di Bangkok, dan pada 5 November mengatakan kepada IHS Jane bahwa pihak PT DI berharap kontrak dengan Thailand bisa ditandatangani pada tahun 2014, yaitu kontrak untuk membangun dan memasok pesawat N219 dengan bekerjasama dengan perusahaan lokal Thailand Aviation Industries (TAI).

Pejabat PT DI itu mengatakan bahwa kemungkinan kontrak ini adalah produksi pesawat tetap dilakukan di Indonesia, dan dengan transfer teknologi pemeliharaan dan perbaikan kepada Thailand Aviation Industries (TAI).

N219, pesawat transportasi dan kargo

Pesawat ini terbuat dari logam dan didesain untuk angkut penumpang maupun kargo. Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini memiliki volume kabin terbesar di kelasnya plus pintu fleksibel yang memastikan N219 bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan juga kargo.

N219 diawaki oleh 2 orang kru dengan kapasitas 19 penumpang (konfigurasi 3 sejajar). Pesawat dengan berat kosong 4.309 kg dan maksimum berat saat lepas landas 7.031 kg ini memiliki kecepatan jelajah 394 km/jam dengan jangkauan 1.111 km dan 2.930 km untuk terbang ferry. Harganya sendiri sekitar AS$ 4,5 juta hingga AS$ 5 juta.
N219 memiliki berbagai keunggulan dibanding pesawat sekelasnya. Pertama kemampuan lepas landas dan mendaratnya pendek, yaitu 450 meter. Landasan pun tidak harus di aspal atau beton tapi lapangan rumput juga bisa. Selain itu, daya angkutnya lebih besar 500 kg (total 2.500 kg) dari kompetitor.

Keunggulan lainnya tentu saja di harga yang murah, padahal teknologi yang diusungnya lebih canggih dari pesawat sejenis. Salah satunya adalah avioniknya yang sudah touch screen, sehingga tidak banyak tombol. Meskipun layarnya hanya ada 3, tapi semua informasi ada disitu dan dilengkapi dengan sistem keselamatan.

Program N219 yang penelitiannya dimulai pada 2006 ini merupakan program nasional, sinergi bersama antara BPPT, Ristek LAPAN, Kemenperin, dan Perhubungan. Investasi total pengembangan N219 mencapai AS$ 80 juta.

Rabu, 06 November 2013

Pengiriman Batch Ke-4 Pesawat T50i GE Tiba Di Lanud Iswahjudi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLJmBJCuGCcpd-8ldWniV3V2sBFr8jlvxw8oxOUNunQKAK54s1TnYkB5EcGY8gNKxYM4S7rt0UecswsxhyphenhyphendK4lIGUpDIgZg7bg79C_7eo5EEwK-jNTgJ7wfdJDQugUGvG-rBjUYWPF71Q/s1600/T-50i.jpg

Hingga awal bulan November 2013, PT Korean Aerospace Industries (KAI), sudah mengirimkan 8 unit pesawat tempur T-50i Golden Eagle, ke Lanud Iswahjudi, dari 16 yang dipesan oleh pemerintah Indonesia, setelah dua pesawat yang diterbangkan langsung dari Korea Selatan mendarat mulus di runway Lanud Iswahjudi, Rabu (6/11).

Kedatangan dua pesawat tersebut di sambut oleh Kepala Dinas Operasi Kolonel Pnb Djoko Hadipurwanto, Kadispers Letkol Pnb Ian Fuadi dan Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Wastum, di main aprron Skadron Udara 15.

Dalam pengadaan pesawat tempur T-50i Golden Eagle dari Korea, direncanakan pada akhir tahun 2013 sudah genap berjumlah 16 unit, dan pesawat tersebut akan menggantikan peran dan fungsinya pesawat HS Hawk MK 53, yang akan habis masa pakainya di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi. 

Keterangan Gambar :Para pejabat Lanud Iswahjudi menyambut kedatangan Penerbang KAI yang baru tiba di main aprron Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Kamis (7/11).

Selasa, 29 Oktober 2013

Puluhan Pesawat Tempur TNI AU Beraksi di Natuna

http://static.liputan6.com/201310/pesawat-tempur-tni-131018c.jpg

Rombongan peserta latihan berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur Rabu (30/10/2013) sekitar pukul 06.30 WIB dan tiba di Lanud Ranai, Riau, pukul 08.05 WIB dengan menggunakan pesawat Boeing 737.

Dalam rombongan, tampak Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro yang saat tiba di Banda Ranai disambut Tarian persembahan.

Latihan Puncak Angkasa Yudha 2013 merupakan latihan akumulasi dari latihan tingkat personel, satuan dan antarsatuan. Latihan ini untuk menguji kesiapsiagaan satuan sekaligus menguji doktrin operasi udara dalam menanggulangi kontijensi. Tujuannya, untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tempur personel Komando Operasi TNI AU I (Koopsau I), Koopsau II, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), Korps Pasukan Khas TNI AU (Korpaskhas) dan dinas terkait.

Operasi udara yang akan dilaksanakan terdiri atas operasi pertahanan udara, pengintaian udara strategis, serangan udara strategis, operasi khusus, penerjunan pengendali tempur, pengintaian udara, operasi lawan udara opensif, serangan udara langsung (SUL).

Selain itu, operasi perebutan dan pengendali pangkalan udara (OP3U), bantuan tembakan udara (BTU), Air Landed, SAR Tempur, Pengungsian Medis Udara (MPU), Operasi Dukungan Udara serta Operasi Informasi yang meliputi Operasi Public Affair, Operasi Psikologi, Kontra Opini, Perang Elektronika dan Cyber Warfare.

Pesawat tempur yang dilibatkan antara lain 8 pesawat Hawk 109/209 di Lanud Supadio, 6 SU-27/30 Sukhoi dan empat F-16 di Batam, 4 Super Tucano dan 1 Flight Hawk MK-53 di Lanud Supadio.

Sedangkan satuan dukungan tempur meliputi 9 pesawat C-130 Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma, termasuk PMU dan Tanker Udara (KC), satu CN-235, satu CN-295, satu Cassa-212 dan 2 Boeing 737 serta 3 Helikopter SA-330 Puma dan 2 Helikopter EC-120 Colibri.

Tiga Tucano TNI AU Mendarat Di Lanud Syamsudin Noor

http://www.radarbanjarmasin.co.id//file/berita/2013/10/29/si-moncong-hiu-mampir-di-banjarbaru.jpg

Pemandangan di Lanud Syamsudin Noor, Landasan Ulin, Banjarbaru, Senin (28/10) terlihat berbeda dengan kehadiran tiga pesawat tempur jenis EMB-314 Super Tucano.  Warga yang melintas di depan bandara pun tersedot perhatiannya pada tiga pesawat tersebut, dengan warna militer dan mocong hiu bergigi tajam, ditambah persenjataan siap tempur yang terpasang pada sayap-sayapnya.

“Ini pesawat tempur baru dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang,” ujar Komandan Lanud Syamsudin Noor Esron SB Sinaga SSos kepada Radar Banjarmasin, Senin (28/10) pukul 12.00 Wita.

Saat itu, Esron hendak melepas keberangkatan pesawat menuju Lanud Supadio Pontianak. Dari Pontianak pesawat ini akan kembali terbang menuju Batam dan Ranai Kepulauan Natuna, dalam rangka Latihan Angkasa Yudha 2013.

“Singgahnya tiga Super Tucano ini juga bagian dari operasi latihan tempur itu,” ujar Esron.

Tujuannya, untuk memastikan kesiapan Lanud Syamsudin Noor sebagai Pangkalan Aju, yakni pangkalan yang dijadikan tempat pesinggahan pesawat TNI AU yang sedang melaksanakan operasi militer.  Sehingga tiga pesawat itu kemarin, hanya sebentar mampir di Lanud Syamsudin Noor. Rombongan pesawat tersebut, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 21 Lanud Abd Saleh Malang, Letkol Pnb James Yanes Singal SE.

Sekadar diketahui, Pesawat Super Tucano ini dibuatoleh pabrikan Embraer Brazil, merupakan pesawat tempur taktis yang dilengkapi dengan teknologi modern yang dapat digunakan untuk berbagai misi, seperti serangan ringan, pengintaian serta dapat dioperasikan pada malam hari, sehingga sangat ideal untuk melaksanakan misi seperti menjaga wilayah perbatasan.

Sistem persenjataan Super Tucano terdiri atas 2 senapan mesin di sayap, kemudian dapat menagngkut lima bom sejenis MK-81 maupun MK-82, Cluster dan bom dengan pemandu laser.
Selain tiga pesawat tempur yang menggunakan baling-baling ini, kemarin juga mampir Helikopter Puma SA-330 dan dua pesawat Hercules C-130, untuk mendukung operasi tiga pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano.

Desain Baru KFX-E Dari KAI

http://arc.web.id/images/stories/artikel/KFX-E_KoreanAerospaceIndustries.jpg

Pabrik pesawat asal Korea Selatan, Korea Aerospace Industry, kembali mempublikasikan desain baru dari KFX. Desain baru ini mirip dengan yang pernah dipublikasikan pada pertengahan tahun lalu, namun kali ini memiliki 2 sirip tegak. Alhasil, tampilan KFX-E (demikian sebutannya), sangat mirip dengan F-35. Hal ini pun menampik dugaan KFX-E merupakan pengembangan dari FA-50.

Selain itu, dari segi dimensi, KFX-E terlihat lebih besar dibanding T-50 dengan bobot kosong sekitar 9,3 ton. Bahkan, desain ini lebih besar dibanding F-16 sekalipun. Namun demikian, desain ini tetap lebih kecil dibanding desain KFX sebelumnya yaitu C-103 dan C-203, yang merupakan desain dari Badan Litbang Korsel (Agency for Defence Developement).Meski begitu, desain KFX-E memang mirip dengan desain C-103, namun dengan mesin tunggal.

http://arc.web.id/images/stories/artikel/KF-X-KAI%20small.jpg

Berbeda dengan C-103, pada KFX-E tidak menyertakan penyimpanan senjata internal. Pada desain KFX-E juga pylon senjata hanya terdapat 9 buah, sementara pada desain C-103 ada 10. Hal ini pun membuat KFX-E kurang stealatih dibanding desain C-103, meski konfigurasi 2 fin dipercaya mampu mereduksi radar cross section.Selain itu, untuk menghemat biaya, KFX-E akan banyak menggunakan teknologi yang telah ada dan terbukti pada FA-50. Diantaranya Flight Control, elektronik, auxiliary powerr, hingga roda pendarat.

Namun seperti dikutip Aviationweek, KAI meyakinkan KFX-E bukanlah pengembangan dari FA-50. Pasalnya, Korsel tidak diperkenankan memodifikasi FA-50 tanpa seijin Amerika Serikat. Desainer KAI sendiri diduga belum mengerjakan desain KFX-E sedetail yang telah dikerjakan tim ADD. Namun demikian, KAI masih punya banyak waktu, pasalnya pemerintah Korsel sendiri tampak tidak terburu-buru dalam proyek KFX.

Sabtu, 26 Oktober 2013

Pakistan Siap Ekspor 5-7 Jet Tempur JF-17 Thunder Tahun Depan

http://img.defencetalk.com/pictures/data/3231/medium/JF-17thunder-pak-china.jpg

Sebagai pemain baru dalam urusan ekspor pertahanan, Pakistan kini menyatakan siap untuk menjual lima hingga tujuh jet tempur JF-17 Thunder hingga tahun depan. Namun tidak disebutkan apakah sudah ada tawaran kontrak atau belum.

"Pakistan sejauh ini sudah memproduksi 45 pesawat (JF-17)," kata Menteri Pertahanan Federal Rana Tanveer saat memberikan briefing mengenai proyek pertahanan Pakistan.

PAC JF-17 Thunder atau CAC FC-1 Xiaolong adalah jet tempur ringan, bermesin tunggal, dan memiliki fungsi multi-peran yang dikembangkan bersama oleh Angkatan Udara Pakistan, Pakistan Aeronautical Complex dan Chengdu Aircraft Industries Corporation China.

Menteri lebih lanjut mengatakan bahwa saat ini pembangunan helikopter juga sedang berlangsung di Pakistan Aeronautical Complex, pabrik senjata udara utama Pakistan.

Rabu, 23 Oktober 2013

China Beli Su-35 Karena Bisa Menembak Ke Belakang

http://4.bp.blogspot.com/-PHlYBdKvQic/TbeeH42CPiI/AAAAAAAAAHs/Aqrj1aqvD6U/s400/su35_large_152.jpg

China telah memutuskan untuk membeli jet tempur Su-35 dari Rusia karena mampu menembakkan rudal secara rearward-firing (menembak ke belakang), Want China Times mengutip pernyataan Senior Kolonel Wu Guohui, seorang profesor di Beijing National Defense University.

Rudal R-73M2 dan R-74ME Rusia, rudal AIM-9X Amerika Serikat dan termasuk rudal PL-10 China, semuanya bisa ditembakkan ke target (pesawat) di belakang pesawat. Rudal-rudal itu memiliki "nose cone" dan sirip yang telah dimodifikasi untuk mencegah masalah ketidakstabilan saat peluncuran.

Menurut Wu, kemunculan rudal yang bisa menembak ke belakang ini telah mengubah konsep perang udara. Dalam pertempuran udara-ke-udara di masa depan, sebuah jet tempur harus bisa menembak jatuh musuh yang ada di belakang. Dengan rudal rearward-firing dan "spion" yang tertanam pada helm pilot.

Meskipun China sudah memiliki rudalnya, namun saat ini China belum memiliki jet tempur yang mampu meluncurkan rudal itu. Su-35 akan masuk ke Angkatan Udara PLA guna meningkatkan kemampuan pilot sekaligus memberi gambaran teknologi kepada industri penerbangan China agar mampu mengembangkannya sendiri. Sama seperti yang terjadi pada Sukhoi-Sukhoi sebelumnya, analis menilai China juga akan memodifikasi atau bahkan mengkloning Su-35.

Sebelumnya dalam laporan Russian Military News Network pada Juni lalu, China dikabarkan telah mengirimkan delegasi ke Moskow terkait rencana pembelian 24 Su-35BM senilai AS$ 1,5 miliar. Namun sumber dalam Rosoboronexport Rusia mengatakan bahwa China justru akan membeli lebih dari 24 Su-35.

Senin, 21 Oktober 2013

Kerja Sama Pembuatan Pesawat Tempur Indonesia-Korsel Semakin Tidak Jelas

https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-prn1/995038_394969560623352_526700547_n.jpg

Secara mengejutkan Korea Selatan menyatakan menolak tawaran perusahaan Boeing untuk memasok 60 pesawat tempur F-15 Silent Eagle bagi Angkatan Udaranya (Royal Korean Air Force). Penolakan tersebut disampaikan oleh juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min - seok, yang mengatakan bahwa Korea Selatan (Korsel) akan menunda pemberian kontrak US$ 7.7 milyar dalam pengadaan 60 pesawat F-15 SE, akan dilakukan tender ulang.

Pemerintah Korea Selatan nampaknya terpaksa tunduk kepada tekanan publik dalam aksi penolakan pembelian pesawat tempur F-15 SE, terutama pernyataan keberatan dan penolakan dari 15 mantan Kepala Staf Angkatan Udara yang menulis surat kepada Presiden Park Geun - hye, dan juga keberatan anggota parlemen partai yang berkuasa. Para pengeritik menyatakan bahwa pesawat tempur F-15 Silent Eagle dinilai kurang kemampuannya, khususnya kemampuan anti radarnya.

Pada beberapa waktu lalu, saat Korea Utara menyatakan ancaman serangan nuklir, pemerintah Amerika Serikat menanggapi dan mengambil langkah yang sangat serius. USAF mengirimkan pesawat tempur paling canggihnya yaitu, pesawat pembom siluman B-2, pesawat tempur siluman F - 22 dan pesawat pembom B - 52, dalam latihan dengan Korea Selatan untuk show of force. Kedua pembom tersebut dapat mengangkut bom nuklir.

Dari Anggaran yang disiapkan sebesar US $7.7 milyar, dimana dalam perhitungan harga, Korea Selatan bisa mendapatkan 60 buah F-15 SE, kini dengan akan diulanginya tender baru, yang kemungkinan calon terkuat adalah pesawat tempur generasi kelima F-35A buatan Loockheed Martin atau Typhoon Eurofighter anggaran akan membengkak. Kemungkinan besar Korsel akan memilih F-35A dibandingkan Eurofighter, karena ikatan erat antara Korsel-AS, dimana AS masih menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel.

Para pejabat militer AS mengatakan kekuatan terbesar dari F - 35, selain mampu menghindari radar, pesawat ini mempunyai kemampuannya untuk memadukan data dari pesawat dan sensor lainnya. Hal ini memungkinkan untuk membantu mengidentifikasi target bagi pesawat tempur lainnya yang bersama-sama beroperasi. Mengingat harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan F-15 SE, kemungkinan Korea Selatan akan mengurangi jumlah pesanan menjadi 40 atau 50 pesawat, atau mempertimbangkan anggaran baru.

Rangkaian pengadaan pesawat tempur terbaru Korea Selatan untuk menekan Korea Utara sejalan dengan kebijakan Jepang yang juga memesan 42 F-35 dari Loockheed. F-35 telah dipesan oleh USAF (Angkatan Udara AS) dan juga beberapa negara diantaranya Belanda, Inggris, Australia, Italia, Norwegia, Turki, Israel dan Jepang.

Berkaitan dengan Indonesia, jelas kebijakan Korea Selatan yang membatalkan keinginannya memiliki F-15 SE akan semakin membuat kerjasamanya dalam proyek IFX/KFX (Indonesia/ Korea Fighter Experiment) yang dinyatakan ditunda menjadi semakin tidak jelas kelanjutannya. Dengan kemungkinan membengkaknya anggaran apabila dipilih F-35 yang harganya jauh lebih mahal, maka kelanjutan proyek IFX/KFX akan menjadi lebih tidak menentu. Jelas Indonesia menjadi negara yang dirugikan. Isyarat penundaan selama sekitar satu-setengah tahun dilayangkan Pemerintahan Park Geun-hye tak lama setelah dirinya terpilih sebagai presiden ke-11 Korea Selatan pada Februari 2013.

Proyek ini menggantung setelah tim Korea-Indonesia menuntaskan tahap pertama, yakni Technology Development, dalam waktu 18 bulan, pada Desember 2012. Proyek diawali dengan tahapan Feasibility Study, dilanjutkan dengan Technology Development, lalu Engineering Manufacturing Development, dan diakhiri dengan Production Phase. Di pihak Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi penanggung-jawab utama atas proyek prestisius yang pernah disebutkan menelan ongkos US$8 milyar.

Pihak Indonesia tetap yakin dan berusaha melanjutkan proyek ini sebatas pada bagian-bagian yang bisa dikerjakan sendiri. Di dalam negeri, program ini dikerjakan tim dari Balitbang Kementerian Pertahanan, BPPT, PT Dirgantara Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan lain-lain. Dalam hal ini nasib Indonesia akan ditentukan oleh Korea Selatan yang masih dipusingkan dalam memilih jet tempur unggulannya.

Kini kita akan melihat sebuah perlombaan pemilikan pesawat-pesawat tempur generasi kelima, dimana beberapa negara di kawasan Asia Pasifik pada umumnya sudah memesan F-35 untuk memperkuat pertahanan udaranya. Sementara ini dengan memiliki Sukhoi 27/30, dilihat dari balance of power, saat ini AU Indonesia masih yang terbaik di Asia Tenggara, termasuk apabila dibandingkan dengan Australia.

Oleh karena itu nampaknya sebagai sekutu AS, Korea Selatan dan Australia nampaknya akan berusaha memiliki F-35 dimasa mendatang. Kita berharap ekonomi Indonesia membaik, dan suatu saat kita bisa memiliki Sukhoi-35 dan bahkan mungkin Sukhoi T-50 PAK-FA. Pesawat tempur yang jauh lebih murah harganya dibandingkan generasi lima lainnya, tetapi teknologinya lebih hebat.

Skadron F-16 Untuk Sumatera

http://malaysiaflyingherald.files.wordpress.com/2012/12/f-16-tni-au.jpg

Jajaran TNI AU segera menambah 24 pesawat tempur jenis F-16 yang menjadi bagian dari upaya melengkapi alusista (alat utama sistem persenjataan) di skadron Sumatera, serta dalam kiat meningkatkan kekuatan pengamanan negara di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

“Penambahan 24 pesawat itu, bukan pada tahun ini, tapi tahun 2014″, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai meresmikan Gedong Pusaka Padepokan Sangga Langit di Wonogiri, Jawa Tengah, 21/10/2013.

Penambahan 24 pesawat F-I6 itu, akan melengkapi alusista pertahanan udara Indonesia, disamping penambahan pesawat tempur Sukhoi, Hawk dan pesawat angkut pasukan jenis Hercules. Penambahan pesawat bukan untuk tujuan ekspansi, tapi untuk meningkatkan pertahanan kedaulatan negara Indonesia, ujar Menteri Pertahanan.

Penambahan pesawat tempur tersebut merupakan bagian dari program penambahan dan modernisasi alusista Indonesia, yang dalam program lima tahun terakhir dianggarkan dana Rp 150 triliun. Anggaran itu digunakan untuk penambahan alusista di jajaran TNI-AD, TNI-AL dan TNI-AU. Saat ini, kekuatan militer Indonesia berada di rangking 15 sampai 19 besar di tingkat dunia. ”Di kawasan Asia Pasific, Indonesia menempati di level menengah, sebab di sana ada kekuatan tinggi yakni Amerika dan Rusia,” ujar Purnomo Yusgiantoro.
Menyinggung soal wajib militer, Menhan, menandaskan, tidak ada wajib militer di Indonesia. Yang ada, adalah tentara cadangan. Rencananya, Indonesia akan merekrut sekitar 1.000 sampai 2.000 calon tentara cadangan. Mereka akan dilatih kemiliteran, dan menandatangani kontrak.

Penyiapan tentara cadangan ini, diperlukan untuk tugas-tugas saat negara membutuhkan tenaga mereka dalam penanganan bencana alam bukan perang. Inti kekuatan perang, tandas Menhan, yakni untuk mempertahankan kedaulatan negara, tetap berada di pundak TNI. Upacara peresmian Gedong Pusaka Padepokan Songgo Langit, ditandai penandatanganan prasasti oleh Menteri Pertahan, dan diteruskan dengan pengguntingan untaian bunga melati yang dipadu dengan daun rontal, oleh Raja Surakarta, Ingkang Sinuhun Susuhunan Paku Buwono (PB) Ke 13 Hangabei.

Sabtu, 19 Oktober 2013

Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-FeDAM-2YPCGI4hEBiOgDATlWkFbWFXPD8VolYbi5cPbux5Lkh_7tgF2yYhd9pmZaxXL70nRIQYkvu0n6FXsNN0MvBpx-5oitdwREbVTJUozgtKbFUhkaug45XMbX7HcC9lEMDal_xtoS/s1600/Australian+No.77+Squadron+FA-18+Hornet+welcome+Indonesian+Air+Force+(TNI-AU)+Sukhoi+Su-27+&+Su-30+Flanker+into+Darwin+to+participate+in+Exercse+Pitch+Black+2012+(4).jpg

Sepanjang ada kesamaan kepentingan, hubungan antar negara bertetangga dipastikan bakal harmonis. Tapi lain halnya bila antar dua negara punya kepentingan yang jauh berbeda, bahkan satu sama lain saling berseberangan atas suatu isu. Bisa jadi yang muncul adalah konflik, seperti yang kita lihat di sengketa kepulauan laut Cina Selatan.

Dalam konteks kekinian, Indonesia pun punya sisi rawan pada hubungan bertetangga, khususnya dengan Australia, Malaysia, dan Singapura. Berlandaskan kepentingan nasional, hubungan Indonesia dengan ketiga negara tersebut kerap melalui phase pasang surut. Nah, bicara lebih detail pada potensi konflik, banyak pengamat memberikan analisis, bawah sampai 10 tahun kedepan Indonesia tidak akan menghadapi perang terbuka. Mungkin bisa kita amini hasil analisa tersebut, tapi pada kenyataan potensi konflik berskala kecil mudah meletup seketika.

Dengan Malaysia, masih terbuka terjadinya ‘keributan’ di seputaran blok Ambalat, belum lagi pada masalah patok di perbatasan Kalimantan, dan isu penyiksaan tenaga kerja. Dengan Singapura, masalah sentimen bisa mencuat seputar reklamasi, batas wilayah, dan perijinan terbang. Dengan Australia, isu manusia perahu bisa menjadi bom waktu, belum lagi ada ‘kenangan’ pahit saat lepasnya Timor Timur dari NKRI. Bicara tentang konflik ringan yang sifatnya lokal, skenario yang paling mudah jadi kenyataan adalah gesekan di laut dan terjadinya duel di udara. Gesekan di laut sudah ada buktinya, yakni pada kasus saling serempet pada tahun 2005, antara kapal perang TNI AL dan TLDM (AL Malaysia) di blok Ambalat. Duel di udara juga nyaris terjadi antara Hawk 200 TNI AU dengan F/A-18 Hornet RAAF (Australia) pada 16 September 1999.

Mengingat setiap konflik lokal bisa berubah menjadi konflik militer terbuka, di skenario kan yang nantinya mengambil peran strategis adalah alutsista papan atas yang memegang peranan penting. Bila di laut yang akan beraksi adalah frigat, korvet, dan kapal selam. Maka pada matra udara yang jadi andalan adalah jet tempur lapis pertama. Keberadaan jet tempur lapis pertama inilah yang diyakini akan membuka serangan awal dan menentukan jalannya pertempuran. Jagoan TNI AU saat ini adalah Sukhoi Su-27SKM dan Su-30MK2. Sementara jagoan AU Malaysia adalah Sukhoi Su-30MKM, sementara jet tempur andalan Negeri Kangguru adalah F/A-18 Super Hornet, dan jawara jet tempur Singapura adalah F-15SG Eagle.

Polling Indomiliter
Harus diakui, kerjasama militer antar matra di ketiga negara lumayan erat saat ini, terutama dengan Australia dan Singapura. Tapi kembali lagi, bukan tak mungkin antar jawara angkasa keempat negara bertetangga ini akan bertemu, bukan dalam sesi latihan tempur, melainkan dalam aksi nyata dog fight di udara. Tanpa berharap terjadinya perang, Indomiliter.com sejak 3 sampai 13 Oktober 2013 telah menggelar polling dengan tema “Siapakah Lawan Tanding Terberat Su-27/30 Flanker TNI AU?” Lewat pola one IP one vote, terjaring 342 responden.

Dari hasil polling, menjadi lawan terberat Sukhoi TNI AU ternyata adalah F-15SG RSAF (Republic of Singapore Air Force). F-15SG dipilih oleh 142 responden (41,52%). Dipilihnya F-15SG sebagai lawan tanding terberat Sukhoi Su-27/30 tak lain karena keduanya punya misi utama pada air superiority, sehingga dalam benak banyak orang kedua jet tempur merupakan lawan tanding yang benar-benar sepadan. Jet tempur buatan Boeing ini sudah battle proven, Singapura memiliki 24 unit F-15SG yang ditempatkan di lanud Paya Lebar.

Kemudian, peringkat kedua lawan tanding Sukhoi TNI AU adalah F/A-18 Super Hornet RAAF (Royal Australian Air Force). Jet tempur ini dipilih oleh 107 responden (31,29%). Kedua jet tempur ini pun sudah pernah berlatih olah tempur bersama dalam Pitch Black 2012 di lanud Tindal dan Darwin. Jet tempur multirole yang ideal dilepaskan dari kapal induk ini sudah tergolong battle proven, dan RAAF total memiliki 24 unit F/A-18 Super Hornet.

Lawan tanding ketiga Sukhoi TNI AU tak lain tipe jet tempur yang sama, meski hanya beda versi. Yakni Sukhoi Su-30MKM TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) yang dipilih 93 responden (27,19%). Malaysia total memiliki 18 unit Su-30MKM, antara Sukhoi Indonesia dan Malaysia punya kecanggihan yang setara, meski dalam hal kelengkapan senjata, Malaysia sudah jauh lebih dulu dipersenjatai, sementara Sukhoi TNI AU masih terbilang baru dalam kelengkapan senjata, termasuk hadirnya rudal Vympel R-27 dan Kh-31P. Perlu juga dicermati, Malaysia terbilang padat jet tempur di lapisan pertama, Negeri Jiran ini juga punya F/A-18 Hornet dan MiG-29 Fulcrum.

Sebagai catatan, keempat jawara jet tempur milik Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Australia sama-sama menggunakan dua mesin jet, punya kemampuan isi bahan bakar di udara, dan predikat duel di udara yang relatif setara, begitu pula dengan dukungan persenjataan yang menyertai. Australia dan Singapura bahkan punya rencana strategis yang sama dalam pengadaan jet tempur. Kedua negara sekutu AS ini telah mencanangkan untuk mengadopsi jet tempur F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin. Bahkan, Australia sudah memesan 100 unit stealth fighter F-35 yang rencananya mulai akan diterima pada tahun 2020.

Jumat, 18 Oktober 2013

Melirik Singapura dan Rencana Akuisisi F-35B

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fb/CF-1_flight_test.jpg/763px-CF-1_flight_test.jpg

Dalam sebuah wawancara panjang dengan Defense Writer Group pada Juli lalu, Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat wilayah Pasifik, Jenderal Herbert J. "Hawk" Carlisle ditanya mengenai minat Singapura untuk pesawat tempur F-35. Carlisle mengatakan:

"Saya sudah berbicara dengan CDF mereka (Chief of Defence Force Singapura, Letnan jenderal Ng Chee Meng). Saya berada di Singapura. Singapura memutuskan untuk membeli model B (F-35B) varian STOVL. Tapi saya tidak tahu mereka akan menganggarkannya darimana. Saya tahu keputusan itu telah dibuat dan itulah sebabnya mereka menjadi bagian dari program (program F-35) ini, tapi saya tidak tahu darimana mereka akan menganggarkannya."

Bagian dari wawancara itu sebagian besar luput dari perhatian media yang meliput acara tersebut sebagai cakupan pemusatan perhatian pada rencana Angkatan Udara AS untuk poros Pasifik. Jika Jenderal Carlisle benar, berarti Singapura akan menjadi pengguna keempat F-35B, setelah Korps Marinir Amerika Serikat, Inggris, dan Italia. F-35B adalah sebutan untuk F-35 yang memiliki kemampuan short take-off and vertical-landing (STOVL) atau lepas landas pendek dan mendarat secara vertikal.

Sebuah negara kecil padat penduduk yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya, Singapura berada di choke point bersama dengan Malaysia dan Indonesia di sepanjang jalur laut penting dunia. Pelabuhan lautnya menjadi sumber booming-nya ekonomi Singapura, sedangkan Bandara Internasional Changi sudah terkenal fungsinya di dunia sebagai penghubung penting bagi wisatawan Asia ke seluruh dunia dan sebaliknya. Dengan luas total hanya 710.2 km persegi, namun Singapura mampu membangun militer yang kuat, bahkan dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Asia.

Singapura bergabung dengan program JSF (F-35) pada bulan Februari 2003 sebagai Security Cooperative Participant (SCP). Sebagai SCP, Singapura diyakini mampu mengeksplor F-35 untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sekaligus membentuk kantor programnya sendiri. Meski demikian, awal ketertarikan Singapura pada varian STOVL F-35 baru muncul pada 2011, ketika Rolls-Royce mengungkapkan bahwa Singapura meluncurkan studi yang bertujuan untuk mempertimbangkan akuisisi F-35B.

Amerika Serikat dan Australia memiliki hubungan pertahanan yang erat dengan Singapura, tidak mengherankan jika Singapura akan mengikuti jejak mereka untuk mengoperasikan F-35 bersama dengan Jepang (dan mungkin juga Korea Selatan). Pesawat ini dilengkapi network-enabled capability dan integrated sensor suite, yang pastinya akan memudahkan operasi gabungan dengan sekutu-sekutu pengguna F-35 di wilayah manapun.

Terkenal tertutup dalam masalah militer, pejabat pertahanan di Singapura telah membantah rumor tentang minat mereka pada F-35B. Namun, Menteri Pertahan Ng Eng Hen sebelumnya beberapa kali mencatatkan bahwa Singapura tengah mengevaluasi F-35 untuk dijadikan pesawat tempur berikutnya bagi Angkatan Udara (RSAF), namun belum ada keputusan yang dibuat.

Tentu saja F-35B bagi Singapura akan menjadi pilihan yang sangat patut dipertimbangkan. Pesawat yang mudah digunakan dan mampu lepas landas dari landasan pacu 168 m akan memastikan RSAF mampu melakukan operasi udara dengan cepat dan cepat dalam merespon serangan pertama musuh. Kemampuan seperti ini tentu akan membuat sulit perhitungan musuh untuk melakukan serangan pertama pada Singapura.

Dengan munculnya pengumuman baru oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang menyatakan bahwa dalam waktu dekat Singapura akan menutup tiga basis tempur taktis untuk digunakan sebagai perumahan dan industri (akibat minimnya tanah), berarti hanya tinggal Pangkalan Udara Tengah di barat dan Pangkalan Udara Changi di timur, sebelah bandara internasional Singapura di timur Singapura, sebagai rumah bagi pesawat-pesawat tempur RSAF. Kedua pangkalan udara itu rencanaya akan diperluas dan di upgrade agar bisa menampung relokasi pesawat-pesawat RSAF dan unit yang saat ini berbasis di Paya Lebar.

Dengan berkurangnya jumlah landasan pacu di Singapura, memiliki aset tempur udara seperti F-35B STOVL tentu akan menjadi solusi yang bijak bagi pemikiran perencana pertahanan Singapura. Ini akan menjadi salah satu faktor yang pastinya akan dipertimbangkan. Dan upgrade kedua basis tempur diatas kemungkinan akan mencakup pembangunan lapisan termal "lilypads" yang akan memungkinkan F-35B mendarat secara vertikal tanpa gas buang panas dari knalpotnya merusak aspal (landasan). Baca juga : Ketika F-35 Terlalu Panas untuk Diterbangkan
Meskipun telah menyebut F-35 sebagai pesawat yang cocok untuk modernisasi armada tempur udara RSAF, namun Ng juga mengatakan bahwa Singapura tidak terburu-buru mengambil keputusan. Dengan armada yang tempur udara yang relatif muda dan canggih seperti F-15 dan F-16 saat ini, Departemen Pertahanan Singapura akan lebih cenderung melihat beberapa aspek kematangan dari program JSF sebelum melakukan sesuatu yang disebut sebagai pembelian termahal dalam sejarah pertahanan Singapura.

RSAF saat ini mengoperasikan 60 Lockheed MArtin F-16C/D Fightng Falcon bersama dengan 24 Beoing F-15SG Eagles. Telah dilaporkan juga di beberapa media dan diperkuat foto-foto dari latihan tempur Maple Flag baru-baru ini di Kanada bahwa Singapura sudah menerima tambahan F-15SG yang belum/tidak diumumkan. Kemungkinan pesawat-pesawat ini akan menggantikan pesawat pencegat Northrop F - 5S/T Tiger II yang satu atau dua tahun kedepan akan pensiun.

Beberapa waktu lalu Singapura juga mengumumkan bahwa F-16 RSAF akan menjalani upgrade Mid-Life, yang setidaknya akan menjaga umurnya hingga 2020. Jangka waktu yang cukup bagi RSAF untuk memperkenalkan F-35 dalam layanannya. Dan lagi untuk urusan alat pertahanan, Singapura biasanya tidak mentok pada pembelian pertama, akan ada batch-batch pembelian tambahan dan analis meyakini jika memang Singapura jadi membeli F-35 maka kemungkinan pembelian itu bukan menjadi pembelian yang terakhir. Dan jika perencana pertahanan Singapura menilai F-35B memiliki keterbatasan payload (muatan), manuver dan lainnya karena untuk mempertahankan kemampuan STOVL-nya, maka tidak salah berspekulasi bahwa Singapura akhirnya akan memilih F-35A CTOL (lepas dan landas dan mendarat biasa/konvensional).

Super Tucano Akan Disiagakan Di Papua

http://indodefense.files.wordpress.com/2012/09/alejandrohdezleon.jpg

Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II (Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna, memberikan perhatian khusus kepada Papua yang berada di perbatasan negara. Perhatian tersebut, dengan mendatangkan pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Kita bersyukur karena pemerintah telah mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan Kamis (17/10) kemarin.

Menurutnya, pesawat tempur yang akan diletakkan di Papua merupakan rencana strategis, mengingat Papua merupakan daerah perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu, Agus berharap akan bisa memantau keadaan dan situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya. Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit, maka memang belum kita gerakkan, namun suatu saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.

Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Agus membenarkan adanya hal itu. Dan dalam rangka itulah pihaknya akan mendatangkan pesawat tempur taktis tersebut ke Papua. Namun menurut Agus, menyikapi adanya pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU, khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah Papua.

"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan pesawat tersebut hingga mereka mengurus perizinannya,"jelasnya.

Bukan hanya itu saja, Marsekal TNI Agus juga mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua. Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan izin, maka akan disita.

"Jadi kalau ada kamera, video, dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," tegasnya.

Kamis, 17 Oktober 2013

Rusia Tawarkan Pengembangan Pesawat Tempur Generasi 5 ke Brazil

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9ZdJDZ9cjow_biuBBh-HmyBhH0i012Ad-aNFDg_-EDDHk8b82Gio2vXZAqg1MXHfVog0b5jF1OjDGhoKLzZffl1ZpmA80isN_9T-ljnXUEyws4CsA6PBUlMmVSPNFakbP6eTLg-wcbwg/s1600/t-50.jpg

Delegasi militer Rusia menawarkan program pengembangan bersama pesawat tempur generasi ke-5 kepada Departemen Pertahanan Brazil selama kunjungannya ke Brazil, seorang anggota delegasi yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada RIA Novosti.

Anggota delegasi tersebut mengatakan bahwa selama pembicaraan di Brazil, kami tidak hanya siap menawarkan penjualan pesawat canggih siap kirim Sukhoi Su-35 kepada mitra kami, tetapi juga menawarkan program pengembangan bersama pesawat tempur generasi ke-5 berdasarkan jenis T-50.

Dipimpin oleh Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, rombongan delegasi yang saat ini tengah berkunjung selama tiga hari ke Brazil dan Peru, berupaya mempromosikan senjata-senjata buatan Rusia kepada kedua negara tersebut.

Tawaran pengembangan bersama pesawat tempur generasi ke-5 ini dianggap sebagai tawaran manis Rusia untuk memuluskan penjualan Su-35 terkait program modernisasi multi-miliar dolar Angkatan Udara Brazil (FAB) yang disebut "Project F-X2". Beberapa pesawat lain yang masuk dalam target proyek F-X2 antara lain Eurofighter Typhoon, Saab AB Gripen, Dassault Rafale, Boeing F/A-18E/F Super Hornet dan termasuk pesawat tempur generasi ke-5 Amerika Serikat F-35 Lightning II.

Sebelumnya Su-35 sempat dieliminasi oleh FAB. Diketahui FAB memiliki dana proyek F-X2 senilai AS$ 4 miliar untuk setidaknya mendapatkan 36 pesawat tempur generasi ke-4 guna menggantikan pesawat tempur F-5 dan Dassault Mirage, menurut RIA Novosti.

Pesawat tempur Saab Gripen NG, Dassault Aviation Rafale dan Boeing FA - 18E/F Super Hornet hingga kini masih bersaing untuk mendapatkan kontrak dari proyek F-X2 yang sudah sejak lama digulirkan, bahkan kini dilaporkan proyek ini ditunda FAB hingga 2015.

Program PAK FA diluncurkan sebagai upaya menghadirkan sistem penerbangan untuk masa depan Rusia, hasilnya adalah pesawat tempur super manuver Sukhoi T-50 yang dilengkapi dengan fitur siluman untuk menghindari radar, dan juga dapat melakukan penerbangan supersonik dengan kecepatan lebih dari 2.000 km/jam, dan tentu saja kemampuan untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara. Didukung oleh dua mesin turbofan Saturn-Lyulka 117S, pesawat generasi ke-5 ini akan masuk ke Angkatan Udara Rusia untuk menggantikan armada MiG-29 Fulcrum dan Su-27 Flanker.

Dua Lagi Pesawat T50i GE Tiba Di Lanud Iswahjudi

http://lanud-iswahjudi.mil.id/galeri/img_gambar/361855.jpg

Sudah 6 pesawat T-50i Golden Eagle berada di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, dari enam belas (16) Pesawat T-50i Golden Eagle yang dipesan Pemerintah Indonesia dari Korea Selatan, setelah dua (2) pesawat T-50i Golden Eagle tiba lagi di Lanud Iswahjudi, Kamis (17/10), setelah menempuh perjalanan panjang dari Korea Selatan manuju Indonesia.

Seperti yang sudah direncanakan bahwa setiap dua minggu sekali Korean Aerospace Industries (KAI), akan mengirimkan dua (2) unit pesawat T-50i Golden Eagle untuk menggenapi pesanan pemerintah Indonesia yang totalnya berjumlah 16 unit.

Kedatangan kedua pesawat tersebut disambut oleh Komandan Skadron Udara 15, Wing 3 Lanud Iswahjudi Letnan Kolonel Pnb Wastum, dan segenap pejabat Lanud Iswahjudi, di Main Appron Skadron Udara 15. Pesawat T-50i Golden Eagle diterbangkan secara ferry oleh penerbang Korea Aerospace Industries (KAI), diantaranya MR. Kwon Huiman, MR. Lee Dongkyo, MR. Khang Cheol, MR. Shin Donghak, dengan rute terbang Sacheon Korea Selatan Kaohsiung Taiwan Cebu Philipina - Sepinggan Balikpapan Kaltim Iswahjudi Air Force Base.

Sabtu, 12 Oktober 2013

RI-Korsel Akan Buat Jet Tempur Canggih, BJ Habibie: Itu Salah dan Omong Kosong

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivmonCDnx9rnSZNM5dVk6I4kFappv_5GPdnSwZJJlPhQvA2fUTF4snN-avA1HnQwIPU3GPc2RZ8dqCGr8VP8OhgJRDR6EqydoQlYjONf63abnQr7TYvT5x_e0TqCMNE0xPxkVCPkk6Suum/s640/KFX+C-103.JPG

Sebelumnya, mantan Presiden dan Menristek BJ Habibie angkat bicara dan menyangga soal rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) yang biasa disebut KFX/IFX.

Menurut Habibie, Korsel tak unggul dalam bidang teknologi pesawat terbang termasuk jenis tempur, bahkan rencana kerjasama ini kini dibekukan sementara oleh pihak Korsel. “Itu salah. Sekarang ini di-freeze kan? Itu omong kosong, wrong. Tapi dia nggak kasih kan?” kata Habibie pekan lalu.

Habibie menegaskan, Korsel malah pernah mengimpor pesawat militer CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Bahkan, Habibie bercerita soal pengalaman Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim saat kunjungan kerja ke Korsel disuguhi pesawat VIP yang tak lain adalah CN 235 buatan Indonesia. Saat itu, CN235 dianggap pesawat paling aman daripada helikopter ketika cuaca buruk.

“Dari mana dia nggak unggul dalam bidang itu? Commercial airplane pun kita lebih unggul.” kata Habibie.

“Tidak, kita hanya mau komersial. Nggak mau tempur, ngapain,” kata Habibie.

Dalam proyek ini, rencananya pemerintah Indonesia berkontribusi 20%, selebihnya oleh pemerintah dan BUMN strategis Korsel. Rencananya dari proyek ini akan diproduksi pesawat tempur KFX/IFX atau F-33 yang merupakan pesawat tempur generasi 4,5 masih di bawah generasi F-35 buatan AS yang sudah mencapai generasi 5. Namun kemampuan KFX/IFX ini sudah di atas pesawat tempur F-16.

Pesawat KFX/IFX akan dibuat 250 unit, dari jumlah itu Indonesia akan mendapat 50 unit di 2020. Harga satu pesawat tempur ini sekitar US$ 70-80 juta per unit.

Pesawat R80  Buatan BJ Habibie Akan Segera Mengudara

http://us.images.detik.com/content/2013/10/04/1036/habibie1.jpg

PT Ragio Aviasi Industri (RAI), sebuah perusahaan industri pesawat terbang milik mantan Presiden RI B.J. Habibie, tengah membuat pesawat regio 80 atau R80. Pesawat ini rencananya akan mengudara 2016. Sebelum mengudara, pesawat ini harus melewati beberapa tahap pengujian dari pemerintah, yang dalam hal ini dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. Mulai dari desain, hingga produksi massal dan kemudian bisa mengudara.

"Total di regulasi kita bisa sampai 5 tahun, kalau bisa speed up (mempercepat) sampai 3 tahun itu bagus," kata Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Muzaffar Ismail saat ditemui di acara Presbackground bertemakan Moratorium Pemberian Izin Operasi Perusahaan Penerbangan Baru di Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (11/10/2013).

Saat ini PT RAI masih dalam tahap pengembangan design pesawat berkapasitas 80 penumpang tersebut. Setelah melalui proses design, PT RAI diharuskan untuk membuat prototipe dari pesawat yang sudah dipesan maskapai penerbangan baru Nam Air tersebut. "Setelah buat prototype itu ada pengujian, habis itu kita lakukan tahap pengujian yang lain. Setelah semua memenuhi baru produksi, setelah produksi baru bikin manual pengoperasiannya bagaimana," paparnya.

Secara regulasi, pemerintah memberikan waktu 5 tahun untuk menyelesaikan keseluruhan tahapan tersebut. Alasannya, perkembangan teknologi untuk industri pesawat terbang dinilai sangat cepat. "Kalau dia bisa 3 tahun bagus. 5 tahun itu barangkali ada terjadi perubahan teknologi. Tapi kalau lebih dari 5 tahun dia akan ketinggalan teknologinya," kata Muzaffar.

Jumat, 11 Oktober 2013

Jet Tempur Israel Latihan Serang Iran

http://eimg1.eramuslim.com/fckfiles/image/dunia/ispst.jpg

Angkatan Udara (AU) Israel dikabarkan melakukan latihan perang pekan ini. Latihan ini diduga sebagai persiapan Israel untuk menyerang Iran. Dalam latihan, jet tempur Israel dipersiapkan untuk melakukan operasi jarak jauh. Mereka mencoba manuver seperti mengisi bahan bakar di udara. Israel melakukan latihan ini bersama Angkatan Udara Yunani.

 “Opsi militer masih dipertimbangkan (dalam isu Iran),” tulis militer Israel dalam situs resminya, seperti dikutip AFP, Jumat (11/10/2013). “Angkatan Udara merupakan kepanjangan tangan dari militer Israel yang bertanggung jawab menjalankan (opsi militer),” lanjut pernyataan tersebut. Pemerintah Israel memang terus mendorong opsi militer ke Iran. Mereka mengklaim Iran sudah bisa memiliki senjata nuklir tahun depan.


Israel sempat khawatir ketika Presiden Iran Hassan Rouhani membuka dirinya ke dunia internasional. Mereka takut tidak mendapat dukungan untuk menyerang Iran. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu pun langsung meningkatkan kampanyenya. Saat berpidato di PBB bulan lalu, Netanyahu menuduh ajakan diplomasi Rouhani hanya tipuan.

Sabtu, 28 September 2013

Lagi, Jet Tempur F-5E Korsel Jatuh

 http://assets.kompas.com/data/photo/2013/09/28/0650571AIR-F-5E-USAF-Aggressors-lg780x390.jpg

Satu pesawat jet tempur jenis F-5E Angkatan Udara Korea Selatan jatuh di kawasan pegunungan di wilayah Jeungpyeong, Korea Selatan, Kamis (26/9/2013). Pesawat ini dilaporkan jatuh dalam sesi latihan rutin.

Dikutip dari kantor berita Korsel Yonhap, Sabtu (28/9/2013), kecelakaan dalam latihan rutin di wilayah yang berjarak sekitar 137 kilometer dari Seoul itu tak sampai memakan korban jiwa. Sang pilot yang hanya diidentifikasi sebagai Kapten AU Korsel bernama Lee (32) bisa menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi pelontar.

Dalam pernyataan tertulis dari Angkatan Udara (AU) Korsel disebutkan, pesawat berusia tua itu tak dapat dikendalikan sesaat setelah lepas landas sekitar pukul 10.48 waktu setempat. Pesawat jatuh tak lama sesudahnya, dengan ledakan keras terdengar satu jam sesudah pesawat jatuh.

Otoritas terkait dilaporkan langsung menjalankan penyelidikan dan menutup kawasan seputar lokasi jatuhnya pesawat untuk menghindari ledakan lanjutan. Jet tempur yang jatuh ini diketahui telah beroperasi sejak 1978 dan menjalankan 6.610 jam terbang.

AU Korsel dalam pernyataannya mengatakan, mereka sudah berencana "memensiunkan" 220 jet jenis itu pada 2017. Korea Selatan menggunakan beberapa varian jet tempur F-5 di skuadron pesawat tempurnya, mulai dari F-5 dengan varian A, B, E, dan F, yang kemudian pada 2002 diperkuat 60 jet tempur F-15K buatan perusahaan pesawat Boeing.

Sebelumnya, kecelakaan serupa yang melibatkan tiga jet tempur F-5 terjadi pada 2010 di Provinsi Gangwon. Lima pilot tewas dalam kecelakaan itu.

Sementara itu, pada awal pekan ini, seperti diberitakan The Korea Times dan The Korea Herald, Pemerintah Korea Selatan melalui Badan Administrasi Program Pembelian Pertahanan (DAPA) telah membatalkan rencana pembelian jet tempur F-15 Silent Eagle. Semula, paket pembelian senilai 7,7 miliar dollar AS tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh skuadron jet tempur tua Korea Selatan, pada kurun 2017 sampai 2021.

Selain Boeing, dua produsen jet tempur mengikuti tender pengadaan yang kemudian dibatalkan itu, tetapi gagal karena harganya melampaui pagu anggaran. Dua peserta tender yang gagal itu adalah Lockheed Martin dengan jet tempur F-35A dan perusahaan European Aeronautic Defense and Space dengan Eurofighter Typhoon. 

Jumat, 27 September 2013

Boeing Berhasil Modifikasi Pesawat Tempur F16 Menjadi Pesawat Tempur Tanpa Awak

http://news.bbcimg.co.uk/media/images/70106000/png/_70106349_tes2.png

Perusahaan teknologi dirgantara Boeing mengungkap mereka telah mengubah sebuah jet tempur menjadi pesawat tak berawak. Jet jenis Lockheed Martin F-16 untuk pertama kalinya terbang tanpa pilot pada pekan lalu. Dua pilot Angkatan Udara AS mengontrol jet ini dari darat saat uji terbang dari pangkalan Florida ke Teluk Meksiko. Boeing menyatakan inovasi ini bisa digunakan untuk membantu pilot yang tengah berlatih dan sebagai sasaran tembak saat berlatih tempur udara.

Jet tempur ini sebelumnya sudah tidak lagi dipakai selama 15 tahun tersimpan di hanggar Arizona dan kemudian dimodifikasi sehingga bisa terbang dengan ketinggian 12,2 km dan mencapai kecepatan Mach 1,47 atau sekitar 1.800km/jam. Jet tempur tak berawak ini juga mampu melakukan sejumlah gerakan manuver termasuk gerakan "split S", sebuah gerakan dimana posisi pesawat terbalik sebelum membuat setengah lingkaran sehingga bisa mengubah arah secara berlawanan.

Manuver tersebut biasa digunakan dalam pertempuran untuk menghindari tembakan misil lawan. Boeing mengatakan dalam uji coba tersebut, jet F-16 tak berawak itu ditemani  dua pesawat tempur lainnya guna menjamin bahwa pesawat itu tetap dalam pantauan, dan jet tersebut juga bisa menghancurkan diri sendiri jika dibutuhkan. "Jet ini terbang dengan hebat, semuanya bekerja dengan sangat baik, membuat pendaratan yang cantik, mungkin salah satu pendaratan terbaik yang pernah saya lihat," kata Paul Cejas, kepala teknisi proyek ini.


Letkol Ryan Inman, Komandan Skuadron 82 Angkatan Udara AS juga memuji tes terbang tersebut. "Terlihat sedikit berbeda melihat tidak ada orang di dalamnya, tetapi itu adalah penerbangan yang luar biasa," katanya. Boeing mengatakan telah memodifikasi enam jet F-16, yang kini diberinama QF-16, dan militer AS sekarang berencana untuk menggunakannya dalam uji tembak langsung. Tetapi, seorang juru bicara gerakan Kampanye Hentikan Robot Pembunuh memperingatkan atas kemungkinan penggunaan jet ini dalam armada perang.

"Saya sangat khawatir jet ini digunakan untuk menyerang orang di lapangan," kata Profesor Noel Sharkey. "Saya terutama khawatir tentang kecepatan tinggi yang bisa mereka tempuh sehingga mereka tidak bisa mengenali target mereka dengan jelas." "Ada alasan untuk meyakini bahwa apa yang disebut 'target' bisa menjadi tes untuk alat perang tak berawak, semakin mendekatkan kita pada alat pembunuhan otomatis."

Kamis, 26 September 2013

Pengiriman Pesawat T50i Golden Eagle Tahap II Tiba di Indonesia

http://www.majalahpotretindonesia.com/images/--1000337.jpg

DUA pesawat T50i Golden Eagle dengan tail number TT 5001 dan TT 5002. Mendarat di bandara sepinggan Balikpapan kedatangan pesawat T-50i Golden Eagle, yang diterbangkan langsung dari Korea menuju Balikpapan oleh penerbang dari Korea Aerospace Industries, Pesawat T-50i Golden Eagle diterbangkan secara ferry oleh penerbang MR. Nam Ki Eun, MR. Lee Dongkyo, MR. Khang Cheol, MR. Lee Jun Ho dari negara asalnya Korea Selatan dari Korea Aerospace Industries (KAI) menuju Indonesia dengan rute Sacheon Korea Selatan – Kaohsiung Taiwan – Cebu Philipina - Sepinggan Balikpapan Kaltim – Lanud Iswahjudi kemarin.

Kedatangan Pesawat T 50i Golden Eagle ini merupakan tahap kedua pesawat yang dibeli oleh pemerintah Indonesia, di sambut Kepala Dinas operasi Lanud Balikpapan Mayor Lek Hari Budi Utomo yang mewakili komandan lanud, turut hadir dalam penyambutan Dan Satpom Mayor Pom Karyanto serta para Perwira di Baseops Lanud Balikpapan.

Selama transit di Balikpapan pesawat T 50 i Golden Eagle melakukan pengisian bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan Ke Lanud Iswahjudi Madiun. Selama transit para penerbang beristirahat di Baseops Lanud Balikpapan. Tidak lama setelah itu, Pesawat T 50i Golden Eagle secara bersamaan tinggal landas dari bandara Sepinggan menuju Lanud Iswahjudi Madiun.

Rabu, 25 September 2013

Boeing Tawarankan Pesawat Tempur Advanced Super Hornet Baru Kepada Malaysia

http://www.flightstory.net/wp-content/uploads/advanced-super-hornet_3.jpg

Malaysia mendapat tawaran pesawat tempur Advanced Super Hornet untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Udaranya termasuk perangkat retrofittable-nya, 50% peningkatan kemampuan untuk menghindari deteksi radar, mesin yang lebih powerfull dan tambahan daya jangkau hingga 260 mil laut.Penawaran ini disampaikan oleh Mike Gibbons, Wakil Presiden Boeing untuk Program F/A-18 & EA-18, kepada Angkatan Udara Malaysia dan pejabat Kementerian Pertahanan Malaysia saat kunjungannya ke Malaysia baru-baru ini.

Gibbons mengatakan tambahan daya jangkau Super Hornet tersebut bisa terjadi karena tanki bahan bakar konformal yang memberikan keunggulan untuk dapat terbang lebih cepat ketimbang menggunakan tanki eksternal (dampaknya daya jangkau bertambah), sekaligus membuatnya lebih tangguh menghadapi pesawat musuh dan ancaman lainnya. Penawaran Boeing kepada Malaysia ini juga termasuk fitur-fitur canggih lainnya seperti upgrade sistem peperangan elektronik, integrated counter-measure system dan pod senjata tertutup. Fitur-fitur unggulan Super Hornet baru ini telah banyak menarik minat pengguna-pengguna Super Hornet di dunia, antara lain Angkatan Udara Australia dan Angkatan Laut Amerika Serikat sendiri.

Gibbons mengatakan bahwa harga "plus" untuk pesawat tempur Advanced Super Hornet yang ditawarkan ini bukan berarti mengikat, karena Malaysia tetap bisa membeli Super Hornet Blok II standar dan kemudian baru memutuskan untuk meng-upgrade-nya dengan paket yang ditawarkan ini atau tidak. Paket untuk meningkatkan kemampuan Super Hornet ini sudah diaplikasikan pada Super Hornet yang baru (Advanced Super Hornet) namun tetap bisa diaplikasikan pada Super Hornet Blok II. Boeing menilai Angkatan Udara Malaysia memiliki cukup persyaratan untuk mengakusisi 18 Super Hornet untuk menggantikan MiG-29 serta untuk akuisisi 3 unit pesawat peringatan dini.

Gibbons mengatakan biaya tambahan untuk paket lengkap atau apa yang disebut-sebut sebagai teknologi evolusioner untuk pesawat tempur Super Hornet tersebut adalah sekitar 10 persen dari harga pesawatnya. Namun kembali lagi Gibbons menekankan bahwa ini semua tergantung keinginan pelanggan. "Kami, Tim Industri Hornet, yang terdiri dari Boeing dan mitra kami Northrop Grumman, dan Raytheon GE Aviation, terus berinovasi untuk menjadikan pesawat tempur melampaui keinginan pelanggan," katanya kepada media. Boeing besar karena banyak pengalaman, Gibbons berkata: "Pelanggan tahu apa yang sudah kami lakukan, teknologi kami matang dan mereka menginginkan kecanggihan."

Boeing dan Tim Industri Hornet terus berinvestasi dan bereksperimen untuk melahirkan teknologi generasi baru, jadi pelanggan tahu apa yang mereka butuhkan dan kapan mereka membutuhkannya, yang menjadikan pelangan bisa memperolehnya dengan biaya yang hemat, ungkap Gibbons. Peningkatan kemampuan Super Hornet ini diklaim akan bisa mengeliminasi pesawat dan pertahanan musuh setidaknya hingga tahun 2030 mendatang, terutama ketika musuh mencoba menghalang-halangi akses ke wilayah tertentu, seperti di langit perairan internasional di dekat asetnya.

Sayangnya fitur Advanced Super Hornet ini baru akan tersedia untuk pelanggan pada tahun 2018 nanti dan Gibbons mengatakan bahwa paket upgrade ini sudah sangat diminati di pasar pesawat tempur internasional. Tambahan fitur canggih untuk Super Hornet juga termasuk peningkatan survivabilitas, internal infra-red search and track (IRST), upgrade radar, peningkatan performa mesin yang menghasilkan daya dorong 20% lebih besar dari mesin sebelumnya, dan kokpit generasi terbaru.Prototipe Advanced Super Hornet ini sendiri baru terbang pertama kali pada 5 Agustus 2013 dari pabrik Boeing di St Louis, Amerika Serikat. Berikut videonya: